BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun
2009). Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai komitmen
internasional, yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs)
dengan tujuan yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu menurunkan
angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV-AIDS, TB dan
Malaria serta penyakit lainnya dan yang tidak terkait langsung yaitu
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan serta mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan (Depkes, 2010).
Angka Kematian Bayi (AKB) hingga kini masih tinggi, yaitu 37 per 1.000 kelahiran
hidup. Di seluruh dunia,
setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya
dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari yang
meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama
kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan
persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Hampir 99% kematian ini terjadi di negara
berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini
dan pengobatan yang tepat (WHO, 2011).
Berdasarkan
data organisasi kesehatan dunia atau World
Health Organization (WHO) Tahun 2011
dalam laporannya menjelaskan bahwa asfiksia merupakan urutan pertama penyebab
kematian bayi baru lahir.
Di Indonesia sendiri, dari seluruh kematian bayi 22.72% meninggal
pada masa neonatal penyebab kematian bayi di Indonesia antara
lain Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR)
(29%), Asfiksia Neonatorum (27%),
trauma lahir, Tetanus Neonatorum,
infeksi lain dan kelainan kongenital (44%). Menurut hasil riset
kesehatan dasar tahun 2010, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia
adalah gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas
(32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%). Angka tersebut cukup memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir
(Wijaya, 2009).
Penyebab
utama kematian neonatal dini lebih banyak disebabkan secara intrinsik dengan
kesehatan ibu dan perawatan yang diterima sebelum, selama dan setelah
persalinan. Demikian halnya dengan asfiksia neonatorum pada umumnya disebabkan
oleh manajamen persalinan yang tidak sesuai dengan standar dan kurangnya
kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan, tujuan
manajemen kebidanan adalah memberikan kemampuan kepada bidan untuk berperan
dalam menunjang kinerja kerja dalam melakukan pelayanan yang baik kepada klien
agar status kesehatan ibu hamil terjaga dengan baik. Kurangnya asupan kalori
dan nutrisi pada saat masa kehamilan juga dapat mengakibatkan terjadinya
asfiksia. Hampir tiga per empat dari semua kematian bayi baru lahir dapat dicegah
apabila ibu mendapatkan nutrisi yang cukup, pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal dan pelayanan kesehatan neonatal oleh
tenaga kesehatan yang profesional (Leonardo, 2008).
Asfikisa
neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia merupakan salah satu penyebab
mortalitas dan morbilitas bayi baru lahir dan akan membawa dampak pada periode
perinatal. Asfiksia akan menyebabkan hipoksia dan iskemi pada bayi, hal ini
akan berakibat kerusakan pada beberapa jaringan dan organ dalam tubuh. Penatalaksanaan
yang tepat dalam melakukan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia yaitu tujuan mengenal bayi dengan asfiksia neonatus, sehingga
bidan dapat melakukan tindakan yang dimulai dari resusitasi, membersihkan jalan
nafas, mengusahakan bantuan medis merujuk dengan benar serta memberikan
perawatan lanjutan pada bayi secara tepat dan sistematis (Kriebs, 2008).
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang
profesional memberikan asuhan kepada klien memiliki kewajiban memberikan asuhan
untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Asuhan yang dimaksud
adalah asuhan kebidanan. Secara definitif, asuhan kebidanan dapat diartikan
sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu atau anak. Asuhan
kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk
mewujudakan kesehatan kelaurga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia
sejahtera (Muslihatun, 2009).
Berdasarkan
data profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2012, mengatakan bahwa Angka Kematian
Bayi (AKB) di Sulawesi Tengah mengalami penurunan secara bermakna dari 150 per
1000 kelahiran hidup di tahun 1971 menjadi 60 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2007 dan diperkirakan bahwa tahun 2010 AKB di Sulawesi Tengah akan turun
menjadi 41 per 1000 kelahiran hidup. Menurut data dari Program Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) dilaporkan bahwa pada tahun 2010 jumlah kematian bayi sebanyak
403 bayi, dimana yang terbanyak adalah Kabupaten Sigi, sedangkan angka kematian
neonatal di Sulawesi Tengah sebanyak 316 bayi dengan penyebab kematian
terbanyak adalah asfiksia (78%) dimana jumlah kasus asfiksia pada bayi pada
tahun 2012 sebanyak 455 bayi dengan jumlah kematian 123 bayi dan pada tahun
2013 jumlah kasus asfiksia sebanyak 355 bayi dengan jumlah kematian 94 bayi (Dinkes
Prop. Sulteng, 2012).
Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kota Palu tahun 2012 jumlah kasus asfiksis dengan kematian
sebanyak 13 bayi dan pada tahun 2013 jumlah kasus asfiksia dengan jumlah
kematian 7 bayi, dengan melihat jumlah kasus asfiksia pada tahun 2012 mengalami
peningkatan yang cukup berarti pada tahun
2013 (Dinkes Kota Palu, 2012).
Berdasarkan
sumber data yang diperoleh dari Medical
Record RSU Anutapura palu pada tahun 2012 jumlah bayi asfiksia yang
meninggal sebanyak 27 bayi, pada tahun
2013 bayi asfiksia yang meninggal sebanyak 22 bayi (RSU Anutapura, 2013).
Dengan
data tersebut diatas mendorong penulis untuk mengkaji kasus pada bayi baru
lahir yang dituangkan dalam satu bentuk proposal dengan judul “Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Asfiksia di Kamar Bayi RSU
Anutapura Palu”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “ Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan pada Bayi Asfiksia di Kamar Bayi
RSU Anutapura Palu?”.
C.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
Umum
Diketahuinya asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan asfiksia neonatorum secara sistematis.
2. Tujuan
Khusus
a. Dilaksanakannya
proses pengkajian pada bayi dengan asfiksia secara lengkap dan sistematis.
b. Dirumuskannya
diagnosa kebidanan berdasarkan hasil pengkajian pada bayi dengan asfiksia.
c. Ditentukannya
diagnosa potensial yang terjadi pada bayi asfiksia.
d. Dibuatnya
rencana tindakan yang akan dilakukan pada bayi dengan asfiksia sesuai dengan
diagnosa.
e. Dilakukannya
tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
f. Dilakukannya
mengevaluasi hasil tindakan yang telah
diberikan pada bayi dengan asfiksia.
g. Dilakukannya
pendokumentasian kegiatan yang telah dilakukan pada bayi dengan asfiksia.
D.
Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini diharapkan :
1.
Untuk Rumah Sakit
Hasil
dan informasi yang di peroleh dalam studi kasus dapat memberikan masukan yang
berarti bagi instansi terkait khususnya RSU Anutapura Palu sebagai obyek
penelitian untuk dapat meningkatkan program pelayanan terhadap pasien.
2.
Bagi Graha Ananda Sulteng
Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan bacaan dan referensi
diperpustakaan dan dapat digunakan sebagai informasi bagi mahasiswa agar
memiliki pengetahuan yang baik tentang Asfiksia pada bayi.
3.
Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan perbandingan dan masukan untuk melakukan
penelitian selanjutnya tentang asfiksia pada bayi dengan penambahan variabel
penelitian yang lebih lengkap dengan metode penelitian yang berbeda.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep Dasar Masalah
1.
Bayi Baru Lahir Normal
a.
Pengertian
1)
Bayi baru lahir normal
adalah yang lahir dari kehamilan 37-42 hari BB
lahir 2500-4000 gram ( Depkes R.I, 2007).
2)
Masa bayi baru lahir,
merupakan perkembangan terpendek dalam kehidupan manusia. Di mulai sejak lahir
hingga berumur 2-4 minggu, terbagi dalam 2 masa :
a.
Masa pertunate, yang
berlansung antara 15-30 menit pertama sejak bayi lahir sampai tali pusatnya
didorong.
b.
Masa neonate,
berlangsungan pada saat pengguntingan tali pusat sampai 28 hari (Suryana,
2009).
b.
Ciri-Ciri Bayi Normal
1)
Berat badan 2500-4000
gram
2)
Panjang badan lahir
48-50 cm
3)
Lingkar dada 30-38 cm
4)
Lingkar kepala 33-35 cm
5)
Bunyi jantung dalam
menit pertama kira-kira 180x/mnt.kemudian menurun sampai 120-160x/mnt.
6)
Pernafasan pada
menit-menit pertama cepat,kira-kira 80/mnt, kemudian setelah tenang 40x/mnt.
7)
Kulit kemerah-merahan
dan licin karena jaringan subcutan terbentuk dan diliputi versiks caseosa.
8)
Rambut lanugo tidak
terlihat lagi,rambut kepala biasanya telah sempurna.
9)
Kuku telah agak panjang
dan lembek
10)
Genetalia,labiya mayora
sudah menutupi labiya minora (perempuan) testis sudah turun (pada laki-laki).
11)
Refleks isap dan
menelan sudah terbentuk dengan baik.
12)
Refleks moro sudah
baik,bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk.
13)
Graf refleks sudah
baik,apabila diletakan suatu benda diatas telapak tangan,bayi akan mengenggam
adanya gerakan refleks.
14)
Eliminasi baik urine
dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,mekonium berwarna kuning
kecoklatan (Depkes RI, 2008).
c.
Perubahan-Perubahan
Terjadi Pada Bayi Yang Baru Lahir
1)
Perubahan Metabolisme
Karbohidrat
Dalam
waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk
menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir diambil dari hasil
metabolisme asam lemak.
2)
Perubahan Suhu Tubuh
Ketika
bayi lahir, bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dan suhu dalam
rahim.
3)
Perubahan Pernapasan
Selama
didalam uterus, janin mendapat 02 dan pertukaran gas melalui plasenta,setelah
dari lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi.
4)
Perubahan Sirkulasi
Dengan
perkembangan paru-paru, mengakibatkan tekanan 02 meningkat dan tekanan C02
menurun,yang mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah paru sebagai
aliran darah dari arteri pulmonalis marginalis ke paru-paru dari ductus
arterious menutup.
5)
Perubahan alat
pencernaan,hati,ginjal dan lain-lainya mulai berfungsi.
d.
Penatalaksanaan Bayi
Baru Lahir
1)
Membersihkan Jalan Nafas
Bayi
normal, akan menangis spontan segera lahir. Apa bila bayi tidak langsung
menangis penolong segera membersihkan jalan nafas dan sekaligus melihat apgar
score menit pertama.
2)
Mengeringkan badan bayi
dari cairan tubuh dengan menggunakan kain yang halus atau handuk.
3)
Memotong dan mengikat
tali pusat dengan memperhatikan teknis aseptik dan antiseptik sekaligus menilai
apgar menilai menit ke lima.
4)
Mempertahankan suhu
tubuh bayi.
5)
Mendekatkan bayi ke ibu
dan menetekan segera setelah lahir.
6)
Membersihkan badan
bayi.
7)
Memberikan obat mata
untuk mencegah terjadinya infeksi mata
8)
Melaksanakan
pemeriksaan kesehatan bayi
9)
Memasang pakaian bayi
10)
Mengajarkan ibu cara :
a) Membersihkan
jalan nafas
b)
Memberikan asi dan
manfaatnya
c)
Perawatan tali pusat
d)
Perawatan bayi
sehari-hari
e) Perawatan
payudara selama menyusui
11)
Menjelaskan pentingnya
:
a)
Pemberian asi sedini
mungkin sampai usia ±2 tahun
b)
Makanan bergizi pada
ibu
c)
Program KB sedini
mungkin
12)
Melaksanakan follow up
kunjungan rumah kembali (Depkes RI, 2007).
2.
Bayi Baru Lahir Dengan
Asfiksia Neonatorum
a.
Pengertian
1)
Asfiksia Neonatorum
adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur.bayi dengan riwayat gawat jain sebelum lahir,umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat di lahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,kelainan
tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau
sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusui Dini, 2008).
2)
Asfiksia Neonatorum
adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur, sehingga dapat menurunkan 02 dan meningkatkan 02 yang menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
(Sarwono, 2007)
3)
Asfiksia Neonatorum
adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah di lahirka (Depkes RI, 2008).
4)
Asfiksia Neonatorum is an emergency,because the new born suffer
from a lack of axygen and if the infant
is not treated, or if the teratment is unsuccessful, serious complications or
even death of the infant can result. Asfiksia Neonatorum adalah suatu
keadaan darurat, karena kelahiran yang baru menderita pada kehilangan oksigen
dan jika bayi tidak di rawat,atau jika cara pengobatan adalah tidak berhasil,
komplikasi yang serius atau mungkin hasilnya bayi dapat mininggal (Midwifery,
2007).
5)
Asfiksia neonatarum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur segera stelah lahir keadaan tersebut dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis. Keadaan
asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti
pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia neonatarum ini dapat terjadi
pada masa kehamilan, persalinan, atau dapat terjadi segera setelah lahir,
banyak fakto yang menyebabkannnya diantaranya adanya penyakit pada ibu sewaktu
hamil seperti hipertensi, paru, gangguan konstraksi uterus pada ibu resiko
tinggi kehamilan, dapat terjadi pada faktor plasenta seperti janin dengan
solusio plasenta, atau juga faktor janin itu sendiri (Hidayat, 2005).
b.
Etiologi
Menurut
Yeyeh Ai Rukiyah, 2010 Asfiksia Neonatorum disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:
1)
Faktor ibu
a)
Preeklampsia dan eklampsia
b)
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c)
Partus lama atau partus macet
d)
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis,
TBC, HIV)
e)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2)
Faktor Tali Pusat
a)
Lilitan tali pusat
b)
Tali pusat pendek
c)
Simpul tali pusat
d)
Prolapsus tali pusat
e)
Hematom plasenta
3)
Faktor Bayi
a)
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b)
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c)
Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernafasan bayi
d)
Air ketuban bercampur mekonium.
Menurut Moctar, 2008 penyebab dari
Asfiksia Neonatorum dapat di bagi menjadi dua
yaitu :
(1)
Kekurangan 0², misalnya
pada :
(a)
Partus lama (CPD,
serviks kaku, dan atonia/inersia uteri)
(b)
Partus uteri membakat ;
kontraksi Penyebab uterus yang terus menerus mangganggu sirkulasi darah ke
plasenta
(c)
Tekanan terlalu kuat
dari kepala anak plasenta
(d)
Prolapsus : tali pusat
akan tertekan antara kepala dan panggul
(e)
Pemberian obat bius
terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya
(f)
Perdarahan
banyak,misalanya plasenta previa dan solusio plasenta
(g)
Kalau plasenta sudah
tua dapat terjadi post maturitas (serotinus) disfungsi uteri
(2)
Parlisis pusat pernafasan,akibat
dari trauma seperti karena tindakan forceps, atau trauma dari dalam seperti
akibat obat bius.
c.
Patofisiologi
Pernapasan
Spontan BBL tergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan.
Bila terdapat gangguan Pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan / persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian
asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode opnu (Primary Apnoe)
disertai dengan penurunan frekuensi diikuti oleh pernapasan teratur. Pada
penerita asfiksia berat. Usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya
berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan
penurunan tensi darah (Nelson, 2007)
d.
Tanda dan Gejala
1)
Gejala asfiksia
neonatorum yang khas antara lain meliputi pernapasan cepat, pernafasan cuping
hidung, sianosis, nadi cepat (Djumiarni, 2007).
2)
DJJ irreguler dan
frekwensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali permenit. Terdapat
meconium dalam air ketuban (letak kepala), bayi tampak pucat dan kebiru-biruan
serta tidak bernafas,kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologik seperti kejang, nistagmus dan menangis kuran baik/tidak menangis (Mochtar,
2012).
e.
Gambaran Klinis
Asfiksia
neonatorum di bagi 2 macam yaitu :
1)
Asfiksia livida (biru)
2)
Asfiksia pallida
(putih)
Tabel 1 : Perbedaan Asfiksia Palilida
dan Livida
Perbedaan
|
Asfiksian
Pallida
|
Asfiksia
Livida
|
Warna kulit
Tinus otot
Reaksi rangsangan
Bunyi jantung
Prognosis
|
Pucat
Sudah kurang
Negatif
Tak teratur
Jelek
|
Kebiru-biruan
Masih baik
Positif
Masih teratur
Lebih
|
Sumber
: Data Sekunder, (Mochtar, 2012)
f.
Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi
biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia
/ hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda
gawat janin. Dua hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu :
1)
In Utero
a) DJJ
irreguler dan frewkuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali permenit
b) Terdapat
mekonium dalam air ketuban (letak kepala)
c) Analisa
air ketuban/amnioskopi
d) Kardiotokografi
e) Ultrasonografi
2)
Setelah Bayi Lahir
a)
Bayi nampak pucat dan
kebiru-biruan serta tidak bernafas
b)
Kalau sudah mengalami
perdarahan di otak maka ada gejala neurologik
seperti kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/tidak menangis (Mochtar,
2012)
3)
Diagnosis dan penderita
asfiksia mempunyai arti penting dalam merencanakan resusitasi yang akan di
lakukan. Diagnosis tersebut tidak hanya ditegakkan setelah bayi lahir,tetapi
juga dapat diketahui semasa intrauterin, hampir sebagian besar asfiksia bayi
merupakan kelanjutan asfiksia janin. Diagnosis intauterin dapat di lakukan dengan melakukan pemeriksaan
denyut jantung janin. Pada keadaan normal denyut jantung 120-160/menit. Apabila
denyut jantung tersebut kurang dari 100/menit atau lebih dari 160/menit, maka
kemungkinan adanya asfiksia janin harus di pertimbangkan. Pemantauan denyut
jantung ini dapat dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan ala-alat
kardiotokografi dengan alat ini penilaian kesejahteraan janin dapat pula
ditentukan jauh sebelum terjadinya proses persalinan (Markum, 2007)
4)
Asfiksia ada 2 bentuk :
a)
Bentuk Ringan
Sianosis
(asfiksia biru), insufisiensi gerakan pernapasan, Denyut kuat, tetapi
bradikardi,tonus otot normal, Reflek kulit cepat.
b)
Bentuk Berat
Pucat
(asfiksia pucat atau putih), denyut lemah seperti benang, peningkatan
bradikardi, pada kasus yang berat Mplus jantung pada dinding dada susah
diraba,pernapasan tidak ada atau mengedap- ngeda, kehilangan tonus otot,refleks
hilang dan berakhir (Luz Heller, 2007).
g.
Pencegahan
1)
Melakukan pengawasan
hamil, sehingga kehamilan dengan resiko tinggi segera melakukan rujukan medis.
2)
Melakukan pertolongan
hamil resiko rendah dengan memanfaatkan partografi.
3)
Melakukan perawatan ibu
dan janin baru lahir (Sarwono, 2007).
h.
Penanganan bayi
Asfiksia
1)
Jangan dibiarkan bayi
kedinginan (balut dengan kain) bersihkan mulut dan jalan napas.
2)
Lakukan resusitasi
dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan 02 dengan tekanan
12 mmhg dapat juga dilakukan mout to mout respiration, heart masasage(masase
jantung) atau menekan dan melepaskan dada bayi. Pemberian O2 harus hati-hati
terutama bayi prematur bisa menyebabkan penticular fibrosis oleh pemberian O2
dalam kosentrasi lebih dari 35% dan lebih dari 24 jam hingga bayi menjadi buta.
3)
Gejala perdarahan otak
biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala dapat
direndahkan,supaya lendir yang menyumbat dapat keluar
4)
Kalau ada dugaan
perdarahan otak berikan injeksi Vit. K 1-2 mg.
5)
Berikan tranfusi darah
via tali pusat atau pemberian glukosa (Mochtar, 2012).
6)
Bersihkan jalan nafas
7)
Beri IVFD (Intra Venous
Fluid Drip) = glukosa 5% dan NACL dengan perdarahan 4 : 1 sebanyak 80 ml/kg
BB/hari.
8)
Rawat tali pusat
9)
Bila di rawat di
puskesmas beri ATS 10000 U. IM perhari selama 2 berturut-turut (Depkes RI,
2008).
10)
Perawatan bayi dan
inkubator
Inkubator
adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan yang
optimal,dengan demikian dapat terciptanya suatu suhu lingkungan yang normal
(Djumiarni, 2007).
a)
Inkubator Tertutup
(1)
Inkubator harus selalu
tertutup hanya di buka jika diperlukan dalam keadaan darurat misalnya apnea.
Jika inkubator dibuka, maka usahakan untuk mempertahankan suhu bayi tetap
hangat, oksigen harus disediakan.
(2)
Semua perawatan dan
pengobatan diberikan melalui hidung
(3)
Bayi didalam inkubator
harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi
keadaan umumnya misalnya pernapasan,warna tubuh dan lainnya.
(4)
Pengaturan panas bagi
bayi harus hati-hati sesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh
(5)
5.Pengaturan oksigen
dan kelembaban di dalam inkubator harus
di observasi.
(6)
Inkubator harus
dibersihkan dan didefinisikan setiap satu minggu satu kali dengan membongkar
inkubator untuk sementara bayi dipisahkan dahulu ke inkubator lain.
(7)
Inkubator tidak di
tempatkan dekat jendela atau dinding serta alat pendingin
(8)
Inkubator harus
ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27°
b)
Perawatan Bayi Dalam
Inkubator Terbuka
Inkubator
ini adalah inkubator yang harus di buka jika hendak melakukan perawatan, pada
umumnya inkubator model kuno.pada prinsipnya perawatan pada inkubator terbuka
sama dengan perawatan dalam inkubator tertutup perbedaan hanya dalam
melaksanakan perawatan.
c)
Agar bayi tetap dalam
suhu normal dapat dipertahankan dengan beberapa cara :
(1) Menggunakan
lampu panas
(2) Membungkus
bayi dengan selimut hangat
(3) Ditempatkan
dalam keranjang air hangat dengan cara mempergunakan botol-botol air hangat
yang ditempatkan pada tiga sisi dari bayi kecuali bagian kepala
(4) Semua
dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran
udara.
(5) Kepala
bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala (Djumiarni,
2008).
(6) Pengaturan
Suhu Inkubator
Tabel 2 : Pengaturan
Suhu Inkubator
Berat Badan (Gram)
|
Suhu Inkubator (°C)
|
1000
gr
1500
gr
2000
gr
2500 gr
3000
gr
4000
gr
|
35
°C
34°C
33,5°C
33,2°C
33°C
32,5°C
|
Sumber : Data Sekunder
(Sarwono, 2007)
11)
Penanganan tindakan
resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang di kenal sebagai A.B.C
resusitasi.
Airway:
Memastikan saluran napas terbuka
1.
Meletakan bayi dalam
posisi kepala defleksi
2.
Menghisap mulut,hidung
kadang-kadang tracea
3.
Bila perlu, masukan
pipa endotracheal (PIP ET) untuk memastikan saluran pernapasan terbuka.
Breathing : Mulai pernapasan
1.
Memakai rangsangan
taktil untuk memulai pernapasan
2.
Memakai ventilasi
tekanan positif
a.
Sungkup dan balon, atau
b.
Pipa endotracheal dan
balon
c.
Mulut ke mulut (hindari
paparan infeksi)
Circulation : Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara :
1.
Kompresi dada
2.
Pengobatan (Sarwono,
2007).
12)
Pemberian ASI
Ibu
segera menyusui bayi dalam 1 jam setelah melahirkan (Depkes RI, 2008).
13)
Pemberian O² harus
berkosentrasi 100 % (yang diperoleh dari tabung oksigen) kecepatan aliran
paling sedikit 5 liter / menit (Sarwono, 2008).
B. Konsep Dasar Asuhan
Kebidanan
1.
Definisi
Asuhan kebidanan adalah layanan yang
diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga
berkualitas, bahagia dan sejahtera (Salmah, 2006). Manajemen kebidanan adalah
metode pemecahan masalah kesehatan ibu dan yang khusus dilakukan oleh bidan
didalam memberikan asuhan kepada individu, keluarga, dan masyarakat (Depkes RI,
2008).
2.
Langkah-Langkah Dalam
Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan memberikan asuhan
komperensif yang terdiri dari 7 langkah secara berurutan Menurut Hellen Varney
yaitu :
a.
Langkah I :
Pengumpulan Data Dasar
Langkah ini bidan mengumpulkan semua
informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien (Salmah, 2006).
Cara untuk memperoleh data dapat
dilakukan dengan :
1.
Anamnesa
2.
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital.
3.
Pemeriksaan khusus
4.
Pemeriksaan penunjang
Bila klien mengalami komplikasi yang
perlu di konsultasikan kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah
awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai
dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau
tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang
komprehensif meliputi data subyektif, obyektif dan hasil pemeriksaan, sehingga
dapat menggambarkan kondisi/masukan klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang
data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
b.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Langkah ini indentifikasi terhadap
diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi yang tidak lengkap dapat dilengkapi
(Salmah, 2006).
c.
Langkah III : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Langkah ini mengidentifikasi masalah
potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang telah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan (Salmah, 2006).
d.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan/dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan bukan hanya selama
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus-menerus.
Pada penjelasan diatas menunjukan
bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas
masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan
yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada
langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk
ditangani baik ibu maupun ibunya.
e.
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
Langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan penatalaksaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah
teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi (Salamah, 2006).
Pada rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana
tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to
date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan.
f.
Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan
Langkah ini dilakukan pelaksanaan
langsung secara efisien dan aman. Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman (Salmah,
2006).
g.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya (Salmah,
2006).
C. Konsep Dasar
Dokumentasi Kebidanan
1.
Pengertian
Dokumentasi dalam kebidanan adalah
suatu bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan
perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap
secara tertulis dengan tanggung jawab bidan. Dokumentasi dalam asuhan kebidanan
merupakan suatu pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap keadaan/kejadian
yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (Ambarwati, 2010).
Untuk mengetahui apa yang telah
dilakukan oleh seorang bidan meliputi proses berfikir sistematis,
dokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu:
a.
S : Data Subyektif
Catatan ini berhubungan masalah
dengan sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai kekawathiran dan
keluhannya dicatat sehingga kutipan langsung/ringkasan yang berhubungan dengan
diagnosa (data pimer). Data subyektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anmnesis
sebagai langkah 1 Varney yaitu mengumpulkan data dasar atau melakukan
pengkajian dan anamnesis (Salmah,
2006).
b.
O : Data Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil observasi yang jujur, hasil laboratorium, dan
uji diagnostic yang lain dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
sebagai langkah 1 Varney yaitu hasil pengumpulan data dari sistematis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Salmah, 2006).
c.
A : Analisa/ Assessment
Menggambarkan pendokumentasian hasil
analisi dan interpretasi dan subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi,
pada langkah assessment ini diterapkan dari langkah 2, 3, dan 4 Varney yaitu:
1)
Diagnosa /masalah actual
2)
Antisipasi diagnosis/masalah potensial
3)
Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan (Hj. Salmah, 2006).
d.
P : Planning/Perencanaan
Menggambarkan
pendokumentasian dan tindakan (1) dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan
assessment sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney yaitu:
1)
Membuat perencanaan tindakan saat itu atau yang akan datang
untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga atau
mempertahankan kesejahteraannya.
2)
Melaksanakan tindakan asuhan menyeluruh sesuai dengan yang
telah diuraikan pada perencanaan asuhan.
3)
Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.
D. Manajemen Kebidanan
Pada Bayi Asfiksia
1.
Data subyektif bayi Asfiksia Tidak ada
2.
Data obyektif
a.
Pernapasan cepat
b.
Sianosis
c.
Nadi cepat
d.
Nilai apgar 4-6 lemah
e.
refleks isap lemah
f.
Djj irreguler dan frekuensinya dari 160 atau kurang dari 100
kali permenit.
g.
Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala)
h.
Kalau sudah mengalami perdarahan diotak, maka gejala
neorologik, seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak menangis (Mochtar,
2012).
3.
Analisis dan interpretasi berdasarkan data yang dikumpulkan
dibuat kesimpulan.
a.
Diagnosa aktual
1)
Bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum.
Data subyektif tidak ada
Data obyektif
a)
Pernapasan cepat
b)
Sianosis
c)
Nadi cepat
d)
Nilai apgar 4-6 lemah
e)
Refleks isap lemah
f)
Djj irreguler dan ferekuensinya dari 160 atau kurang dari
100 kali permenit.
g)
Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala).
h)
Kalau sudah mengalami perdarahan diotak, maka gejala
neorologik, seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak menangis (Mochtar,
2012)
2)
Gangguan Kebutuhan Nutrisi
Data subyektif Tidak ada
Data obyektif
a)
Otot abdominal yang lemah
b)
Refleks isap lemah
c)
Ketidak ada kekuatan nutrisi simpanan
d)
Penurunan produksi asam hidrolik (menurunkan absorsi dan
vitamin yang larut dalam lemak) (Doenges, 2008).
b.
Diagnosa potensial
Mengantisipasi
masalah potensial lainnya yang mungkin terjadi karena masalah atau diagnosa
yang didefinisikan. Langkah ketiga mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lainnya berdasarkan pengkajian masalah atau diagnosa yang sekarang
hanya merupakan antisipasi pemecahan bila mungkin, menanti sambil dan siap-siap
bila benar-benar terjadi : masalah potensial yang bisa munsul dalam kasus ini
adalah :
1)
Potensial hipotermi
berhubungan dengan pengaturan suhu badan belum stabil.
2)
Potensial gangguan
integritas kulit yang berhubungan dengan keadaan umum lemah (Sukarni, 2014)).
c.
Tindakan segera
Mengidantifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk dikonsultasikan atu ditangani
bersama dengan anggota tim (Muslihatun, N. W, 2009).
Tindakan
segera pada kasus ini adalah :
1)
Mempertahankan suhu
tubuh optimal
2)
Tempatkan bayi dalam
incubator
3)
Berikan oksigen sesuai
kebutuhan bayi
4)
Observasi TTV dan warna
kulit
5)
Beri minum (ASI)
melalui sonde atau mulut.
d.
Perencanaan
Pengembangan
rencana asuhan menyeluruh dengan di
dukung oleh penjelasan rasional yang mendasari keputusan yang dibuat berdasarkan langkah sebelumnya. Langkah
kelima merupakan rencana asuhan yang menyeluruh di tentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya, merupakan kelanjutan dari masalah atau diagnosa
yang telah diidentifikasi sekarang, atau yang telah diidentifikasi dan juga
mencangkup langkah untuk mendapatkan informasi yang hilang atau informasi
tambahan yang diperlukan untuk data dasarnya (Varney, 2008).
1)
Bayi yang baru lahir
dengan asfiksia
Tujuan : Mempertahankan
jalan napas paten dengan frekuensi
pernapasan dan jantung dalam batas normal .
Rencana : Bersihkan
jalan napas ; hisap nasofaring dengan perlahan,sesuai kebutuhan, pantau nadi
selama penghisapan.
Rasional : Membantu
menghilangkan akumulasi cairan, memudahkan pernapasan dan membantu mencegah
penghisapan orofaring, menyebabkan rangsangan vagal yang menimbulkan
bradikardia (Doenges, 2008).
2)
Gangguan Kebutuhan
Nutrisi
Tujuan : Mempertahankan
pertumbuhan dan peningkatan badan dalam kurve normal dengan penambahan berat
badan atau tetap sedikitnya 20-30 g/hari
Rencana : Kaji
maturitas refleks berkenan dengan pemberian makan (misal, menghisap, menelan,
dan batuk).
Rasional : Menentukan
metode pemberian makanan yang tetap untuk bayi (Doenges, 2008).
e.
Pelaksanaan
Tindakan
yang dilakukan harus berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti dan
dilakukan. Hal ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Pelaksaan yang efisien akan
menyingkat waktu, biasanya serta meningkatkan mutu pelayanan dari asuhan klien
yang perlu dilakukan atau diperhatikan dalam tahap ini adalah :
1) Intervensi
yang dilakukan harus berdasarkan prosedur tetap (protap) yang lazim dilakukan
2) Pengamatan
yang dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan evaluasi yang ditetapkan
dalam melakukan asuhan harus dengan batas-batas kewenangan .
f.
Evaluasi
Evaluasi
merupakan pengecekan apakah asuhan tersebut yang meliputi pemulihan, kebutuhan
akan bantuan sudah sesuai dengan masalah/diagnosa yang ditetapkan. Tujuan evaluasi
adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dan tindakan yang diperlukan. Evaluasi
perlu untuk menentukan seberapa baik pelaksanaan asuhan tersebut berlangsung :
1) Evaluasi
sumatif atau evaluasi jangka panjang adalah evaluasi yang dilakukan dengan
membandingkan respon pasien pada tujuan yang telah ditentukan pada akhir
perawatan, semua masalah/diagnosa teratasi.
2) Evaluasi
formatif atau evaluasi proses jangka pendek adalah evaluasi yang dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan.
BAB
III
KERANGKA
KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL
A.
Kerangka
Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka atau
bagan penelitian yang dibuat dalam bentuk bagan.
Asuhan kebidanan adalah layanan yang
diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga
berkualitas, bahagia dan sejahtera (Salmah, 2006). Manajemen kebidanan adalah
metode pemecahan masalah kesehatan ibu dan yang khusus dilakukan oleh bidan
didalam memberikan asuhan kepada individu, keluarga, dan masyarakat (Depkes RI,
2008).
Asfiksia
Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur.bayi dengan riwayat gawat jain sebelum lahir,umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat di lahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,kelainan
tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau
sesudah persalinan
S: Pengumplan
Data Dasar
|
Asuhan
Kebidanan
|
O: Interpretasi
Data Dasar
|
Asfiksia
pada bayi
|
A: 1. Identifikasi diagnosa 2.
Menetapkan Kebutuhan tindakan segera
3. Menyusun Rencanan Asuhan Menyeluruh
|
P: Pelaksanaan asuhan, Evaluasi
|
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
B.
Defenisi
Operasional
Defenisi
operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi
atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
1. Asuhan
kebidanan adalah tindakan yang diberikan oleh bidan kepada bayi Asfiksia yang dimulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.
2. Asfiksia
adalah keadaan dimana seorang bayu baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan atau normal segera setelah bayi dilahirkan yang biasanya disertai
dengan hipoksia.
BAB
IV
METODE
PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan
Penelitian
Penelitian
ini adalah jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang
temuan-temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lainya (Machfoedz, 2010). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi kasus yang bertujuan untuk mengeksplorasi suatu masalah dengan
batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyatakan
berbagai sumber informasi.
B. Lokasi dan Waktu
Penelitian
Penelitian
ini telah dilaksanakan di Ruangan ICU Bayi RSU Anutapura Palu , tanggal 21 Juli
sampai dengan 7 Agustus 2014.
C. Subjek Penelitian
Penelitian
ini adalah studi kasus, maka yang menjadi subjek penelitian adalah bayi dengan Asfiksia yang dirawat di RSU Anutapura
Palu dengan menggunakan pendekatan Asuhan Kebidanan, dalam kurun waktu
penelitian.
D. Pangumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah bentuk :
1.
Data Primer
Data
primer merupakan materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti pada saat penelitian berlangsung (Budiman, 2008).
Pengumpulan
data primer dilakukan dengan menggunakan format pengumpulan yang mengacu pada 7 langkah asuhan kebidanan
Hellen Varney yaitu pengumpulan data
dasar, interpretasi data dasar, indentifikasi diagnosa atau masalah potensial, menetapkan
kebutuhan tindakan segera, menyusun rencana menyeluruh, pelaksanaan asuhan, dan
evaluasi. Data Primer di dapatkan dengan cara:
a. Wawancara
Wawancara
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi
dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab)
secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.
b. Observasi
Observasi
adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya
dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan.
c. Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh
data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
2.
Data Sekunder
Data
sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari pihak lain (Budiman,
2008). Data sekunder diperoleh dari catatan di kamar bayi RSU Anutapura Palu
dan Dinas Kesehatan Profinsi Sulawesi Tengah.
E. Pengolahan Data
Pengolahan
data dilakukan menggunakan metode pendekatan manajemen kebidanan untuk
memebantu pemecahan masalah klien melalui proses 7 langkah varney (pengumpulan
data dasar, interpretasi data dasar, identifikasi diagnosa atau masalah
potensial, menetapkan kebutuhan tindakan segera, menyusun rencana asuhan
menyeluruh, pelaksanaan asuhan, dan evaluasi) yang didokumentasi dalam bentuk
SOAP.
F. Penyajian Data
Untuk
penyajian data hasil penelitian menggunakan metode pendekatan asuhan kebidanan
untuk membantu pemecahan masalah klien melalui proses 7 langkah Hellen Varney
(pengumpulan data dasar, interpretasi data dasar, identifikasi diagnosa atau
masalah potensial, menetapkan kebutuhan tindakan segera, menyusun rencana
asuhan menyeluruh, pelaksanaan asuhan, dan evaluasi) yang didokumentasikan
dalam bentuk narasi dengan menggunakan asuhan kebidanan.
BAB V
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan memaparkan kasus yang diperoleh di ruangan ICU
bayi RSU Anutapura Palu pada Bayi Ny, H, No. Reg. 377541. Pengkajian dilakukan
pada hari Senin tgl 21 Juli 2014 Jam 13;10 wita dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah dalam manajemen kebidanan.
1. Pengkajian
a. Data
Subjektif
1) Identitas
a)
Bayi / Anak
Nama Bayi / Anak : By. H
Umur : 1 Hari
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
Lahir dengan Normal / Tindakan : Normal
Tanggal
Lahir : 21 Juli 2014
Berat badan : 3000
gr
Panjang badan : 48 cm
b)
Nama Ibu : Ny . H
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Kaili/ indonesian
Pendidikan : SMP
Pekerjaan
: IRT
Alamat : Desa Tanah Mea
c)
Nama Ayah :
Tn.
B
Umur : 53 Tahun
Agama :
Islam
Suku/bangsa : Kaili/
Indonesia
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
:
Tani
Alamat :
Desa Tanah Mea
2) Riwayat
Kehamilan, Persalinan dan nifas sekarang :
a)
Riwayat Kehamilan
G3P2A0
Selama hamil ibu rajin memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas dan Bidan praktek
sebanyak 4 kali, ibu mendapatkan tablet tambah darah, TT1 dan TT2. Tidak ada
perdarahan, tidak ada pre eklampsia dan eklampsia, tidak ada penyakit kelamin
dan lain-lain.
Kebiasaan
makan selama hamil normal, tidak mengkonsumsi obat-obatan/jamu, ibu tidak
merokok.
b)
Riwayat persalinan
Jenis persalinan
normal dan bayi lahir spontan dengan LBK yang ditolong oleh Bidan dengan lama
persalinan Kala I sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm) berlangsung selama 6
jam, Kala II berlangsung selama 1 jam 45 menit. Ketuban pecah spontan berwarna
putih keruh dan tidak berbau. Tidak ada komplikasi pada ibu saat persalinan.
Bayi lahir tidak segera menagis. Dengan nilai apgas skor pada 1-5 menit pertama
c)
Resusitasi
Setelah bayi
lahir dilakukan Pengisapan lender dan diberikan rangsangan, Ambu selama 15
menit, masasage jantung selama 15 menit, tidak dilakukan intubasi Endotracheal
dan diberikan oksigen 5 lpm.
b.
Data objektif
Pemeriksaan
Fisik
a) Tanda-tanda
vital dan keadaan fisik umum
(1) KU : Baik
(2) Kesadaran
: Composmentis
(3) Suhu : 36,50c
(4) Nadi : 120 x/m
(5) Pernafasan : 52 x/m
b)
Antropometri
(1) Berat
badan : 3000 gr
(2) Panjang badan : 48
cm
(3) Lingkar Lengan : 10,5
cm
(4) Lingkar Dada : 29 cm
(5) Lingkar Kepala : 32 cm
c)
Reflex
(1)
Moro :
ya
(2)
Rooting : Lemah
(3)
Sucking : Baik
(4)
Menagis :
Tidak segera menagis segera setelah lahir
d)
Pemeriksaan Fisik
(1)
Kepala
(a) Rambut : Hitam
(b) Muka : Bulat
(2)
Mata : Pandangan mata sayu
(a) Konjungtiva : pucat
(b) Sklera : Tidak ikterus
(3)
Hidung :
Tidak ada sekret dan polip
(4)
Mulut : Mukosa bibir kering
(5)
Lidah : Bersih
(6)
Tali pusat : belum lepas.
(7) Tonsil : tidak ada
pembesaran
(8)
Telinga : simetris dan bersih
(9)
Leher : tidak ada luka
(10) Kalenjar gentah
bening : tidak
ada pembengkaan kalenjar
(11) Dada : simetris dan nampak sesak (+)
(12) Perut : datar
(13) Ekstremitas
(a)
Atas : simetris ka-ki, kuku bersih, dan akral dingin
(b)
Bawah : simetris ka-ki, kuku bersih
(14) Kulit : kebiruan (syanosis)
(15) Genitalia : Normal
(16) Anus : Normal tidak
atresia.
e)
Pemeriksaan penunjang : Tidak di lakukan pemeriksaan
2.
Klasifikasi
Data
Data Subyektif:
Data Obyektif:
Bayi nampak Apnoe, Ada Lendir, bayi nampak sianosis, bayi
merintih, ada rangsangan taktil , bayi merintih dan nampak sesak, terpasang
Oksigen 2 lpm, bayi tidak menagis segera setelah lahir, bayi dipuasakan.
Pemberin terapi cefotaxim 2 x 100gr, Gentamicyn 2 x 8 mg. RR 52 x/mnt tidak
teratur.
Diagnosa potensial : Sulit bernapas, Hypotermi
3. Diagnosa Pontensial
a.
Sulit bernapas
(Petensial Apnea)
b.
Data Dasar : apnea (+),
Lendir (+), Sianosis (+), Sesak (+), RR
52 x/m tidak teratur
4.Idenfikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Identifikasi Kebutuhan akan tindakan segera :
1.
Pemberian Oksigen
2.
Pemberian infus.
3.
Memberikan kehangatan
Tanggal Senin, 21 Juli 2014 Jam 13.10
-
Pemberian Oksigen nasal
2 lpm bila terjadi serangan sesak napas
-
Terapi Cefotaxim 2 x
100 gr
-
Terapi Gentamicin 2 x 8
mg
-
NaCl 12%
-
Rawat tali pusat
-
Memberikan kehangatan
pada bayi
-
Puasa
Tanggal 22 Juli 2014 Jam 08.30
-
Injeksi Cefotaxim 2 x
100 gr
-
Autamisin 2 x 8 gr/IV
-
ASI, PASI 5 cc / Sonde
5.Merencanakan
Asuhan yang menyeluruh Senin 21 Juli
2014
a. Observasi tanda-tanda
vital bayi.
b. Bersikan jalan nafas
bayi.
c. pala bayi dimiringkan
agar cairan berkumpul di mulut dan tidak difaring bagian belakang.
d. Bersihkan mulut bayi
apabila ada mekonium kental dan bayi mengalami depresi.
e.
Lakukan penghisapan lendir dengan menggunakan suction.
f.
Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk
telapak kaki bayi
g.
Nilai usaha nafas bayi, frekuensi denyut
jantung, warna kulit
h.
Berikan O2 2 liter dengan
tekanan >30 cm H2O
6.pelaksanaan
Senin 21 Juli 2014 Jam 13.10
A. Evaluasi
Jam 13.12
a. Mengobservasi tanda-tanda vital
bayi.RR 52 X/mnt, S: 36,90C.
Evaluasi : bayi dalam asfiksia sedang dengan RR : 52x/mnt.
Jam 13.15
b.
Membersihkan jalan nafas bayi, dengan mengunakan kassa
steril.
Evaluasi : jalan nafas telah
dibersihkan dan bayi dapat menangis.
Jam 13.15
c.
Melakukan penghisapan
lendir dengan menggunakan alat suction.
Lendir keluar melalui hidung dan mulut
bayi, bayi dapat merintih.
Evaluasi : jalan nafas bayi telah
dibersihkan dan bayi dapat merintih.
Jam 13.20
d.
Memiringkan kepala bayi agar cairan berkumpul di mulut dan
tidak difaring bagian belakang.
Evaluasi : bayi tidur dalam keadaan
kepala dimiringkan sebelah kiri dan lendir dapat keluar.
Jam 13.30
e.
Membersihkan mulut bayi apabila ada mekonium kental. Tidak
ada mekonium yang keluar dari mulut bayi.
Evaluasi : bayi dapat menangis meskipun dalam keadaan
merintih.
Jam 13.40
f.
Melakukan rangsangan taktil dengan menepuk telapak kaki bayi.
Evaluasi : bayi dapat menangis dengan ransangan taktil yang
dilakukan.
Jam 13.50
g.
Menilai usaha nafas bayi, frekuensi denyut jantung, warna
kulit.
Evaluasi : frekuensi
jantung bayi 52x/i, warna kulit kebiruan.
Jam 2.00
h.
Memberikan O2 2 liter dengan tekanan ˃30 cc H2O.
Evaluasi : terpasang O2 dan asfiksia dapat
diatasi.
8.Catatan
Perkembangan
Hari ke-2 Selasa, 22 Juli 2014 pukul
08.00 Wita
Jam
08.00 wita
S:
O:
-
Ku: sedang,
-
IVFD Dex 10% : NaCl 8
tts/mnt
-
Bayi di puasakan
-
BAB (+), merintih (-), sioanosis
(-), sesak (-), retraksi (-),
A: Gangguan Jalan Napas hari ke-2
P:
1.
Mengobservasi keadaan
umum bayi. (Jam 08:00)
a.
Rencana : observasi
keadaan umumbayi
b.
Implementasi :
mengobservasi keadaan umum bayi
c.
Evaluasi : keadaan umum sedang
2.
Mengatur posisi kepala
bayi. (Jam 08.15)
a.
Rencana : Atur posisi
kepala bayi pada posisi miring agar tidak terjadi penumpukan lender di bagian
belakang tenggorokan.
b.
Implementasi : Mengatur
posisi kepala bayi pada posisi miring.
c.
Evaluasi : Bayi berada pada posisi dengan kepala
dimiringkan.
3.
Mengobservasi
tanda-tanda vital bayi, (Jam. 12.00)
a.
Rencana : Observasi
tanda-tanda vital bayi.
b.
Implementasi:
Menngobservasi tanda vital bayi, Pernapasan, Nadi, Suhu.
c.
Evaluasi : RR 50 x/mnt,
S: 36,90C .
4.
Memberikan terapi
oksigen sesuai anjuran. (sudah terpasang sejak gentian dinas)
a. Rencana
: Beri oksigen sesuai dengan anjuran dokter.
b. Implementasi:
Memberikan oksigen secara nasal sesuai dengan anjuran dokter 2 ltr/mnt.
c. Evaluasi
: Terpasang Oksigen nasal 2 ltr/mnt.
5.
Memberikan terapi
injeksi sesuai dengan nstruksi dokter dan sesuai dengan dosis. (Jam.18:00)
a.
Rencana : Beri terapi injeksi sesuai dengan instruksi.
b.
Implementasi:
Memberikan Injeksi sesuai dengan instruksi .
c.
Evaluasi : Injeksi
Cefotaxim 100 mg (IV).
6.
Melakukan Perawatan
tali pusat (Jam 17:00)
a.
Rencana : Lakukan
perawatan tali pusat untuk mencegah terjadi peradangan.
b.
Implementasi: Merawat
tali pusat bayi.
c.
Evaluasi : Tali pusat
bersih dan kering.
Hari ke -3 Rabu, 23 Juli 2014 pukul
21.00 Wita
Catatan Perkembangan Hari Ke-3
S:
O:
- Ku:
sedang
- Bayi
dipuasakan
- Sesak
(-)
- Sianosis
(-)
- Retraksi
(-)
- Kejang-kejang
(+) 1 kali ± 1 menit
- Menangis
(-)
- IVFD
D10% : NaCl 0.9% 8 tts/mnt
- Oksigen
0.5 - 2 ltr/mnt
- Luminal
Puyer
A : Bayi Pontensial Apnea hari ke-3
P :
1. Mengontrol
Keadaan umum bayi. (Jam 21:00)
a. Evaluasi : Keadaan umum sedang
2. Memberikan
terapi oksigen sesuai anjuran
a. Rencana
: Beri oksigen sesuai dengan anjuran dokter.
b. Implementasi:
Memberikan oksigen secara nasal sesuai dengan anjuran dokter 2 ltr/mnt.
c. Evaluasi
: Terpasang Oksigen nasal 0.5 ltr/mnt.
3. Memberikan
terapi injeksi sesuai instruksi (Jam 07:00)
a. Rencana
: Beri terapi injeksi sesuai instruksi
b.
Implementasi:
Memberikan terapi injeksi sesuai instruksi Cefotaxim 2 x 100 mg, inj.
Gentamicin 2 x 8mg.
c.
Evaluasi : Injeksi
Cefotaxim 100 mg /IV, Injeksi Gentamicin 8mg / IV.
4. Memberikan
terapi luminal sesuai anjuran.
a. Rencana
: Beri terapi luminal sesuai anjuran
b. Implementasi:
Memberikan terapi luminal puyer.
c. Evaluasi
: Luminal puyer/sonde
5. Melakukan
perawatan personal hygiene (Jam 08:00)
a. Rencana
: Lakukan perawatan personal hygiene dengan cara memandikan dengan menggunakan
waslap.
b. Implementasi
: Memandikan dengan menggunakan waslap.
c. Evaluasi
: Kulit nampak bersih dan tidak kering, dan bayi nampak segar.
6. Melakukan
perawatan tali pusat agar tidak terjadi peradangan. (Jam 08:00)
a. Rencana
: Lakukan perawatan tali pusat.
b. Implementasi
: Melakukan perawatan tali pusat
c. Evaluasi
: Tali pusat kering, tidak ada tanda peradangan.
Hari ke 4 , Kamis, 24 Juli 2014 Jam
08.00
Catatan Perkembangan Hari Ke-4
S :
O :
- Ku
Sedang
- IVFD
D10% 16 tts/mnt
- Oksigen
0.5 ltr/mnt
- Refleks
hisap (+)
- BAB /
BAK (+)
- Hasil
Lab GDS (-)
- RR 60
x/mnt
A : Bayi Potensial Apnea hari
ke - 4
P :
1. Mengontrol
Keadaan umum bayi. (Jam 08:00)
a. Rencana
: Kontrol keadaan umum bayi
b. Implementasi
: Mengontrol keadaan umum bayi
c. Evaluasi : Keadaan umum sedang
2. Memberikan
terapi oksigen sesuai anjuran
a. Rencana
: Beri oksigen sesuai dengan anjuran dokter.
b. Implementasi:
Memberikan oksigen secara nasal sesuai dengan anjuran dokter 2 ltr/mnt.
c. Evaluasi
: Terpasang Oksigen nasal 0.5 ltr/mnt.
3. Memberikan
minum ASI/PASI sesuai instruksi (Jam 14:00)
a. Rencana
: Beri ASI/PASI sesuai anjuran.
b. Implementasi:
Memberikan ASI/PASI 2 cc/6 jam.
c. Evaluasi
: ASI/PASI 6 cc/jam per sonde.
B.
Pembahasan
Pada
bab ini akan dibahas tentang kesenjangan teori dari tinjauan kasus pada pelaksanaan
asuhan By. H pada bayi asfiksia di RSU Anutapura Palu pada tanggal 21 - 24 Juli
2014.
Untuk
lebih memperjelas dan mempermudah pembahsan maka penulis akan membahas
berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan yaitu:
Setelah
dilakukan pengkajian pada bayi baru lahir asfiksia Ny. H penulis Menemukan
kesenjangan antara teori dengan lahan praktek, diantaranya :
1.
Pengkajian
Menurut teori bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi bayi asfiksia yaitu riwayat penyakit ibu, diantaranya
preklamsia dan penyakit dia betes gestasional. Setelah dilakukan pengkajian
pada bayi Ny. H dengan asfiksia ternyata Ny. H selama kehamilannya tidak pernah
mengalami preklamsia dan penyakit diabetes gestasional. Maka ada kesenjangan antara
teori dengan praktek di lapangan yaitu riwayat penyakit ibu.
2.
Interpretasi Data
Menurut teori bahwa pada langkah
interpretasi data pada hasil bayi Ny. H dengan asfiksia, penulis menegakkan
diagnosa dengan melihat keadaan umum sedang, nadi 100-120 x/mnt, pernafasan
> 60 x/mnt, suhu 36-37°C, sesak (+), lender (+) dinyatakan sesuai teori
menurut (Prawirohardjo, 2002) dan setelah dilakukan pemeriksaan pada bayi Ny. H
dengan keadaan umum sedang, nadi 130 x/mnt, pernafasan 70 x/mnt, suhu 36°C.
umur 3 hari dengan asfiksia. Maka tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktek di lapangan.
3.
Identifikasi Masalah dan Diagnosa
Potensial
Menurut teori bahwa diagnosa atau
masalah potensial yang dapat ditegakkan pada kasus asfiksia yaitu apnoe,
hipotermi, asidosis. Tidak ada kesenjangan dalam menenrukan diagnosa atau
masalah potensial pada kasus asfiksia berat antara teori dan diagnosa di
lapangan.
4.
ldentifikasi Akan Tindakan Segera
/ Kolaborasi
Menurut teori bahwa dari diagnosa
yang ditegakkan pada kasus asfiksia semua tindakan yang dilakukan didahului
kolaborasi dengan dokter spesialis anak, diantaranya pemberian O2,
obat antibiotik mencegah hipotermi, serta mencukupi asupan nutrisi bayi dengan
memberikan ASI/PASI Tidak ada kesenjangan antara teori dengan lahan praktek.
5.
Merencanakan Asuhan yang
Menyeluruh
Menurut teori bahwa dalam memberikan
asuhan pada bayi Ny. H dengan asfiksia tindakan yang dilakukan diantaranya
pemberian O2, antibiotik, mencegah hipotermi dengan menempatkan bayi
pada incubator, mengatur posisi kepaa bayi, merawat tali pusat. Pada bayi Ny. H
dengan asfiksia dipasang O2 0.5 - 2 liter, diberikan antibiotik
ditempatkan pada inkubator. Maka tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktek lapangan.
6.
Pelaksanaan
Menurut teori bahwa dalam
pelaksanaan asuhan pada bayi Ny. H dengan asfiksia berat dilakukan
sesuai perencanaan yaitu pemasangan O2 1 — 2 liter, pemberian antibiotik yaitu
cefotaxime 100 mg.IV, Gentamicin 8 mg/iv, bayi ditempatkan pada incubator,
pemberian luminal puyer. ASI/PASI 6 cc/jam meluli sonde. Maka tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
7.
Evaluasi
Menurut teori bahwa dalam tahap
evaluasi setelah memberikan asuhan pada bayi dengan asfiksia diharapkan keadaan
umum bayi baik, pernafasan normal 40 -60 x/menit, tidak terjadi hipotermi. Pada
bayi Ny. H keadaan bayi sekarang, keadaan umum bayi sedang, pernafasan 54
x/menit, tidak hipotermi, tidak sesak, tidak kejang. Reflex hisap baik. Maka
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi baru lahir normal biasanya
ditandai dengan menangis kuat. Warna kulit merah, Apgar score 7-9, panjang
badan 46 - 50 cm, berat badan 2500 - 4000 gram, lingkar kepala 32 - 35 cm,
lir.gkar dada 30 - 33 cm. (Prawiroharjo, 2002).
Setelah melakukan asuhan pada bayi
Ny. H dengan asfiksia berat dengan berat badan 3000 gram, panjang badan 48 cm,
lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 29 cm, lingkar lengan 10,5, tidak menangis
sesaat setelah melahirkan, tanda-tanda vital : suhu 36° C, nadi 130 x/menit,
pernafasan 72 x/menit.
Penanganan bayi baru lahir dengan
asfiksia berat yaitu kebutuhan O2 -> O2 terpasang, mencegah
hipotermi à meletakkan bayi pada inkubator, memberikan
antibiotik à Cefotaxime telah diberikan secara I.V.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan
pada bayi dengan asfiksia maka dapat diambil kesimpulan bahwa bayi dengan
asfiksia harus ditangani dengan sebaik-baiknya agar terhindar dari apnoe, hipotermi
atau kematian.
B. Saran
1.
Bagi Pihak Rumah Sakit
Sebagai
bahan masukan yang berarti bagi peningkatan pelayanan terhadap pelanggan
khususnya terhadap bayi dengan Asfiksia.
Serta dapat
dijadikan sebagai sumber bacaan dalam meningkatkan pengetahuan khususnya
mengenai Asuhan Kebidanan terhadap bayi dengan Asfiksia.
2.
Bagi Akbid Graha Ananda
Penenlitian
ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa guna menambah
informasi dan koleksi pustaka bagi institusi pendidikan.
3.
Bagi peneliti lain
Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi pedoman atau acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya dengan topic yang sama.
4.
Sebagai peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan acuan
untuk melakuka penanganan asfiksia, jika suda bertugas
nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar