BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Persalinan melalui seksio sesarea didefenisikan
sebagai pelahiran janin melalui insisi di dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histeroktomi). Pada praktik obstetri medern, hampir tidak ada
kontraindikasi untuk seksio sesarea. Angka kematian ibu akibat seksio sesarea
kurang dari 1:1000 prosedur. Bahkan, angka mortalitas oprasi yang relatif
rendah ini harus dianggap berlebihan karena sebagian besar dari kematian ini
terjadi pada perempuan muda sehat yang menjalani suatu proses fisiologik normal
(Cunningham, 2011: 466).
Ancaman terbesar bagi perempuan yang menjalani
seksio sesarea adalah anastesia, sepsis berat, dan serangan tromboembolik.
Namun perlu ditekankan bahwa pneumonia aspirasi yang dahulu merupakan penyebab
utama kematian akibat seksio sesaria telah dihindari sepenuhnya melalui praktik
rutin pemberian 30 ml milk of magnesia
atau yang lebih baru, larutan natrium sitrat dan asam sitrat. Bahkan ketika
morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan masalah yang menyebabkan
dilakukannya seksio sesaria disingkirkan, morbiditas itu lebih sering dan
kemungkinan besar lebih parah setelah seksio sesaria dari pada setelah partus
pervaginam. Yang sering menjadi penyebab morbiditas pasca seksio sesaria adalah
infeksi, perdarahan, dan cedera saluran kemih (Cunningham, 2011: 466).
Untuk mencegah ibu dengan seksio sesaria agar tidak
terjadi komplikasi maka asuhan kebidanan penting untuk ibu post seksio sesaria.
Kurangnya pengetahuan ibu tentang proses penyembuhan seksio sesaria yang
membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada persalinan pervaginam. Penanganan
dan pencegahan seksio sesaria yang benar dapat mengurangi komplikasi yang
mungkin akan terjadi.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah pada
tahun 2012, dari jumlah ibu bersalin sebanyak 60,612 orang dengan penangganan
komplikasi obstetrik sebanyak 7,261 orang atau 57,18%, sedangkan pada tahun
2013 dari jumlah ibu bersalin 61,077 orang dengan penangganan komplikasi
obstetrik sebanyak 7,294 atau 57,29% (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah).
Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Palu pada tahun
2012, dari jumlah ibu bersalin sebanyak 7,131 orang dengan persalinan seksio
sesarea sebanyak 48 orang. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah ibu bersalin
sebanyak 7,599 dengan persalinan Seksio sesarea sebanyak 36 orang(Profil Dinas
Kesehatan kota Palu).
Berdasarkan data yang diperoleh dari RS Anutapura
Palu bulan Januari- Desember Tahun 2012, tercatat 1911 orang ibu bersalin dan
dengan persalinan seksio sesarea
sebanyak 864 orang, sedangkan pada tahun
2013 tercatat 2344 orang ibu bersalin dan dengan persalinan seksio sesareasebanyak
840 orang (Profil RS Anutapura Palu).
Menurut
peneliti sebagian besar kurangnya pengetahuan ibu tentang persalinan normal di
mana persalinan normal proses penyembuhannya lebih cepat di bandingkan dengan
Seksio Sesaria. Serta kebanyakan perasaan takut dalam proses persalinan normal.
Padahal persalinan dengan seksio sesaria masa penyembuhanya membutuhkan waktu
lama. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil judul asuhan kebidanan
pada ibu post seksio sesareabagaimana proses perawatannya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut : “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Post Seksio Sesarea Di Ruang Kasuari
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu”.
C.
Tujuan
Penelitian
1)
Tujuan umum
Dilaksanankan
asuhan kebidanan secara langsung pada ibu seksio sesarea dengan indikasi
panggul sempit di RSU Anutapura Palu.
2)
Tujuan Khusus
a. Telah melakukan pengkajian data
subjektif secara langsung pada ibu post seksio sesarea dengan indikasi panggul
sempit di RSU Anutapura Palu
b. Telah melakukan pengkajian data
objektif secara langsung pada ibu hamil dengan ibu post seksio sesarea dengan
indikasi panggul sempit di RSU Anutapura Palu.
c. Telah melakukan penegakan diagnosa
atau assasment sesuai data yang telah
diperoleh secara langsung pada ibu post seksio sesarea dengan indikasi panggul
sempit di RSU Anutapura Palu.
d. Telah melakukan perencanaan dan
penatalaksanaan untuk penanganan pada ibu post seksio sesarea dengan indikasi
panggul sempit di RSU Anutapura Palu.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Bagi
Rumah Sakit
Dapat dijadikan bahan
informasi dan masukan serta memberikan manfaat bagi instansi terkait khususnya
RSU Anutapura Palu sebagai tempat pengambilan kasus untuk meningkatkan asuhan
kebidanan.
2. Bagi
Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat
menambah daftar studi kepustakaan dan diharapkan menjadi masukan yang
bermanfaat bagi mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan Graha Ananda Palu untuk
penelitian lebih lanjut.
5. Bagi Peneliti
Merupakan
pengalaman yang berharga dan menambah
wawasan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu post seksio sesarea di
ruangan kasuari RSU Anutapura Palu.
6. Bagi Peneliti Lainnya
Sebagai
bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya khususnya
tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post seksio sesarea.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Konsep
Dasar Seksio Sesarea
1.
Pengertian
Istilah
seksio sesarea berasal dari perkataan latin caedere
yang artinya memotong. Pengertian
ini semula dijumpai dalam Roman Law(lex
Regia) dan Emperor’s law (Lex
Caesarea) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin dalam kandungan
ibu-ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim (Sofian, 2012 : 85).
Seksio sesarea adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding
perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat
diatas 500 gram (Mitayani, 2011 : 111).
Seksio
sesarea adalah pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus (Oxorn, 2010 : 634).
2.
Jenis
– Jenis Seksio Sesarea
Menurut Sofian (2012 :
86), jenis-jenis operasi adalah :
a.
Seksio sesarea abdominalis, yaitu seksio
sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri. Seksio
sesarea ismika profunda dengan insisi pada segmen bawah rahim. Seksio sesarea
ekstraperitonealis, yaitu seksio sesarea tanpa membuka peritonium parietal,
dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b.
Seksio sesarea Vaginalis, yaitu menurut
arah sayatan pada rahim.
c.
Seksio sesarea klasik (korporal).
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm.
d.
Seksio sesarea ismika (profunda).
Dilakukan dengan membuat sayatan meintang konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira sepanjang 10 cm.
3.
Indikasi
Seksio sesarea dapat
dilakukan atas beberapa indikasi menurut Mitayani (2011 : 112), sebagai berikut
:
a.
Indikasi ibu
1)
Panggul sempit absolut
2)
Tumor-tumor jalan lahir menimbulkan
obstruksi
3)
Stenosis vagina
4)
Plasenta previa
5)
Disproporsi sefalopelvis
6)
Ruptur uterus
7)
Diabetes (kadang-kadang)
8)
Riwayat obstetri yang buruk
9)
Riwayat seksio sesarea klasik
10) Infeksi
hipervirus tipe II (genetik)
b.
Indikasi janin
1)
Letak janin yang stabil tidak bisa
dikoreksi
2)
Presentasi bokong (kadang-kadang)
3)
Penyakit atau kelainan berat pada jenin
seperti eritoblastosis atau retardasi pertumbuhan yang nyata
4)
Gawat janin
4.
Komplikasi
Operasi Seksio Sesarea
Komplikasi yang mungkin terjadi setelah tindakan operasi
seksio sesarea menurut Mitayani (2011 :112), sebagai berikut :
a. Pada
ibu
1)
Infeksi puerperalis
Ringan
: peningkatan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas.
Berat
: peritonitis sepsis
2)
Perdarahan
3)
Komplikasi-komplikasi lain seperti luka
kandung kemih, emboli paru-paru.
b. Pada bayi
Kematian perinatal pasca
seksio sesarea sebanyak 4-7%
5.
Prinsip
Perawatan Pasca Operasi
Penatalaksanaan pasca post operasi menurut
Prawirahardjo (2010 : 444) sebagai berikut :
a. Perawatan
Awal
1)
Letakan pasien dalam posisi untuk
pemulihan
a)
Tidur miring dengan kepala agak ekstensi
untuk membebaskan jalan nafas.
b)
Letakan lengan atas di muka tubuh agar
mudah melakukan pemeriksaan tekanan darah.
c)
Tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas
lebih tertekuk dari pada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan.
2)
Segera setelah selesai pembedahan
periksa kondisi pasien
a. Cek
tanda vital dan suhu tubuh setiap 15 menit selama jam pertama, kemudian tiap 30 menit pada jam selanjutnya
b. Periksa
tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai sadar
c. Cek
kontraksi uterus jangan jangan sampai lembek
b. Analgesia
1) Pemberian
analgesia sesudah bedah sangat penting
2) Pemberian
sedasi yang berlebihan akan menghambat morbilitas yang diperlukan pasca bedah.
Analgesia
yang diberikan : suposutoria ketoprofen 2 kali/12 jam atau tramadol ; oral
tramadol tiap 6 jam atau parasetamol ; injeksi penitidin 50 – 75 mg diberikan
tiap 6 jam bila perlu.
3) Bila
pasien sudah sadar, perdarahan minimal, tekanan darah baik stabil, urin >30
cc/jam, pasien bisa kembali keruangan.
c. Perawatan
Lanjutan
Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tiap 4 jam,
kontraksi uterus, dan perdarahan.
d. Mobilisasi
Pasien telah dapat menggerakan kaki dan tanganya
serta tubuhnya sedikit, kemudian dapat duduk pada jam 8 – 12 (bila tak ada
kontraindikasi dari anastesi). Ia dapat berjalan bila mampu pada 24 jam pasca
bedah bahkan mandi sendiri pada hari kedua.
e. Fungsi
Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal pada pasien obstetri yang
tindakanya tidak terlalu berat akan kembali normal dalam waktu 12 jam.
1. Jika
tindakan bedah tidak berat, berikan pasien diet cair. Misalnya 6-8 jam pasca bedah dengan anastesi
spinal, infus dan kateter dapt dilepas.
2. Jika
ada tanda infeksi, atau jika seksio sesaria karena partus macet atau ruptura
uteri, tunggu sampai bising usus timbul.
3. Jika
peristaltik baik dan pasien bisa flatus mulai berikan makan padat
4. Pemberian
infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.
5. Berika
pada 24 jam I sekitar 2 liter cairan, dengan monitor produksi urin tidak kurang
dari 30 ml/jam. Bila kurang, kemungkinan ada kehilangan darah yang tidak
kelihatan atau efek antidiuretik dan oksitosin.
6. Jika
pemberian infus melebihi 48 jam, berikan cairan elektrolit untuk balans
(misalnya kalium klorida 40 mEq dalam 1/cairan infus).
7. Sebelum
keluar dari rumah sakit, pasien sudah harus bisa makan makanan biasa.
f. Pembalutan
dan Perawatan Luka
Penurup/pembalut luka berfungsi sebagai penghalang
dan pelindung terhadap infeksi terhadap proses penyembuhan yang dikenal dengan
reepitelisasi. Pertahankan penutup luka ini selama hari pertama setelah
pembedahan untuk mencegah infeksi selama proses reepitelisasi berlangsung.
1. Jika
pada pembalut luka terdapat perdarahan sedikit atau keluar cairan tidak terlalu
banyak, jangan menganti pembalut:
a) Perkuat
pembalutnya
b) Pantau
keluarnya cairan dan darah
c) Jika
perdarahan tetap bertambah atau sudah membasahi setengah atau lebih dari
pembalutnya, buka pembalut, inspeksi luka atasi penyebabnya, dan ganti dengan
pembalut baru.
2. Jika
pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut tetapi diplester untuk
mengencangkan. Ganti pembalut dengan cara yang steril
3. Luka
harus dijaga tetap kering dan bersih, tidak boleh terdapat bukti infeksi atau
seroma sampai ibu diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
g. Perawatan
Fungsi Kandung Kemih
Pemasangan
kateter dibutuhkan pada prosedur bedah. Semakin cepat melepas kateter akan
lebih baik mencegah kemungkinan infeksi dan membuat perempuan lebih cepat
mobilisasi.
1)
Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam
setelah bedah atau sesudah semalam.
2)
Jika urin tidak jernih, biarkan kateter
dipasang sampai urin jernih
3)
Kateter dipasang pada 48 jam pada kasus
:
a) Bedah
karena ruptur uteri
b) Partus
lama atau partus macet
c) Oedema
perineum yang luas
d) Sepsis
puerperalis/pelvio peritonitis
h. Antibiotika
Jika ada tanda infeksi atau pasien demam, berikan
antibiotika sampai bebas demam selama 48 jam.
i. Melepas
Jahitan
1)
Jahitan fasia merupakan hal utama pada
bedah abdomen
2)
Melepas jahitan kulit 5 hari setelah
hari bedah pada penjahitan dengan sutera.
j. Demam
1)
Suhu yang melebihi 38ºC pasca pembedahan
hari ke-2 harus dicapai penyebabnya.
2)
Yakinkan pasien tidak panas minimum 24
jam sebelum keluar dari rumah sakit.
k. Ambulasi/Mobilisasi
1)
Ambulasi menyebabkan perbaikan
sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal
normal.
2)
Dorong untuk menggerakan kaki dan
tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 24 jam.
l. Perawatan
Gabung
Pasien dapat dirawat gabung degan bayi dan
memberikan ASI dalam posisi tidur atau duduk.
m. Memulangkan
Pasien
1) 2
hari pasca seksio sesarea berencana tanpa komplikasi.
2) Perawatan
3 – 4 hari cukup untuk pasien. Berikan instruksi mengenai perawatan luka
(mengganti kassa) dan keterangan tertulis mengenai teknik pembedahan.
3) Pasien
diminta datang untuk kontrol setelah 7 hari pasien pulang
4) Pasien
perlu segera datang bila terdapat perdarahan, demam, dan nyeri perut
berlebihan.
6.
Nasehat
Pasca Operasi
Nasehat yang diberikan pada pasien post seksio
sesarea menurut Sofian(2012 : 87) sebagai berikut :
a. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu
tahun, dengan memakai kontrasepsi.
b. Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan
antenatal yang baik.
c. Dianjurkan untuk bersalin di Rumah Sakit yang
besar.
d. Apakah
persalinan berikutnya harus ditolong seksio
sesarea bergantung dari indikasi seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan
berikutnya.
e. Hampir
semua institusi di indonesia tidak dianut diktu “once a cesarean always a cesarean”.
f. Yang
dianut adalah “once a cesarean not always
a cesarean” kecuali panggul sempit atau disproporsi
sefalo pelvik.
B.
Konsep
Dasar Manajemen Kebidanan
1.
Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan
adalah proses pemecahan masalah kebidananyang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
terfokus pada klien (Soepardan, 2008 :
96).
2.
Langkah – langkah Manajemen Kebidanan
Langkah-langkah manajemen kebidanan merupakan suatu
proses penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis di dalam
mengantisipasi masalah.
Ada tujuh langkah dalam
manajemen kebidanan menurut Varney yang akan dijelaskan menurut Mangkuji (2013
: 5) sebagai berikut :
a) Langkah
I: pengumpulan data dasar
Pada langkah ini, kegiatan
yang dilakukan adalah pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan
untuk mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan anatar lain:
1) Keluhan
klien
2) Riwayat
kesehatan klien
3) Pemeriksaan
fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
4) Meninjau
catatan terbaru atau catatan sebelumnya
5) Meninjau
data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan
mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.
b) Langkah
II: interpretasi data dasar
Pada langkah ini,
kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data dasar yang telah
dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah. Diagnosis yang
dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada
nomenklatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan
pengalaman klien ditemukan dari hasil pengkajian.
c) Langkah
III: identifikasi diagnosis/masalah potensial
Pada langkah ini, kita
mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian
diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut,
bidan dapat melakukan antisipasi agar diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi.
Selain itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis/masalah tersebut
benar-benar terjadi.
d) Langkah
IV: identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Pada langkah ini, yang
dilakukan bidan adalah mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
Ada kemungkinan, data
yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan,
sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi.
e) Langkah
V: perencanaan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini,
direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasrakan langkah-langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan,
tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah
dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang
direncanakan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan pasien.
f) Langkah
VI: pelaksanaan
Pada langkah keenam
ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah
dibuat pada langkah ke-5 secara aman dan efesien. Kegiatan ini bisa dilakukan
oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau
dokter. Dengan demikian, bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya
rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.
g) Langkah
VII: evaluasi
Pada langkah terakhir
ini, yang dilakukanoleh bidan adalah:
1)
Melakukan evaluasi keefektifan asuhan
yang sudah diberikan, yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah
sudah benar-benar terlaksana/terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah
teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
2)
Mengulang kembali dari awal setiap
asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak
efektif .
C.
Konsep
Dasar Asuhan Kebidanan
1.
Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah
penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang
diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan atau masalah kebidanan
(kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan
reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat (Soepardan, 2008 : 5).
2.
Bentuk Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan
mencakup asuhan ibu hamil, asuhan kebidanan pada ibu bersalin, asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir, dan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
a. Asuhan
kebidanan pada ibu hamil
Asuhan antenatal efektif, diberikan oleh
petugas kesehatan yang trampil dan berkesinambungan. Tujuan asuhan dari antenatal ini adalah untuk mempersiapkan
ibu hamil menghadapi persalinan dan kesiapan menghadapi persalinan dan kesiapan
menghadapi menghadapi komplikasi (Muslihatun, 2009 : 132).
b. Asuhan
kebidanan pada ibu bersalin
Dasar dari asuhan
persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan
setelah bayi bari lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan
pascapersalinan, hipotermi dan asfiksia
bayi baru lahir (Rukiyah, 2009 : 8).
c. Asuhan
kebidanan pada ibu nifas
Asuhan
masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama (Rukiyah, 2010 : 3).
d. Asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir
Asuhan bayi baru lahir
normal umumnya mencakup pengkajian tanda-tanda vital (suhu aksila, frekuensi
pernafasan, denyut nadi apikal setiap 4 jam, pemeriksaan fisik setiap 8 jam,
pemberian air susu ibu (ASI) on demand,
mengganti popok serta menimbang berat badan setiap 24 jam. Selain asuhan pada
periode transisional dan pascatransisional, asuhan bayi baru lahir juga
diberikan pada bayi berusia 2-6 hari, serta bayi berusia 6 minggu pertama
(Muslihatun, 2010 : 6).
3. Prinsip
Dasar Asuhan Kebidanan
Prinsip dasar asuhan
kebidanan menurut Purwandari (2008 : 39) adalah :
1)
Memahami bahwa kelahiran anak merupakan
proses alamiah dan fisiologis.
2)
Menggunakan cara yang sederhana, tidak
melakukan intervensi tanpa adanya
indikasi sebelum berpaling ke teknologi.
3)
Aman, berdasarkan fakta dan memberi
kontribusi pada keselamatan jiwa ibu.
4)
Terpusat pada ibu bukan terpusat pada
pemberi asuhan kesehatan/lembaga sayang ibu.
5) Menjaga
privasi serta kerahasiaan ibu.
6)
Membantu ibu merasa aman, nyaman, dan
didukung secara emosional.
7)
Memastikan bahwa kaum ibu mendapat
informasi, penjelasan, dan konseling yang cukup.
8)
Mendorong ibu dan keluarga agar aktif
dalam membuat keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan
mereka dapatkan.
9)
Membantu kesejahteraan fisik, psiokologis,
spiritual, dan emosional ibu/keluarganya selama masa kelahiran anak.
10)
Memfokuskan perhatian pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
4. Langkah
- langkah asuhan kebidanan
Langkah-langkah asuhan
kebidanan menurut Muslihatun (2009 : 115) sebagai berikut :
a. Pengumpulan
data dasar
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian
melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan, peninjauan catatan sebelumnya, data laboratorium dan
membandingkannya dengan hasil studi.
b. Interpretasi
data dasar
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data
secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan klien. Masalah atau
diagnosis spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap
data dasar.
c. Identifikasi
diagnosis atau masalah potensial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi
masalah atau diagnosis potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan
diagnosis yang sudah diidentifikasi.
d. Identifikasi
dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penangganan segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan
identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah di
tegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan
melakukan rujukan.
e. Merencanakan
asuhan yang menyeluruh
Tahap ini dilakukan rencana asuhan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumya, yang merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
f. Pelaksanaan
perencanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua
rencana sebelumnya, baik terhadap masalah klien ataupun diagnosis yang di tegakkan.
pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri.
g. Evaluasi
Sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara
terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komperhensif dan berubah
sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
D.
Konsep
Dasar Pendokumentasian
Konsep dasar pendokumentasian menurut Muslihatun
(2009 : 122) sebagai berikut :
Dokumentasi adalah catatan
tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim
kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien,
pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah
diberikan.
Pendokumentasian yang
benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan
pada seorang pasien, didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis
dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.
Pendokumentasian atau
catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode
SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A adalah
analysis/assesment, dan P adalah planing. Prinsip dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
1.
Data subjektif (S)
Data subjektif (S),
merupakan data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan
dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran
dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis. Data diagnosis ini nantinya akan
menguatkan diagnosis yang akan disusun.
Pada pasien yang bisu,
di bagian data di belakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau “X”. Tanda
ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
2.
Data objektif (O)
Data objektif (O) merupakan pendokumentasian yang diperoleh
dari hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboraturium/pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini
akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosis.
3.
Assasment (A)
Analis/assasment (A),
merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari
data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena
keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses
pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang tepat dan akurat
mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan
pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis/assesment
mencakup hal-hal berikut ini : diagnosa/masalah kebidanan, diagnosa/masalah potensial
serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi
diagnosis/maslah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentif
menurut kewenangan bidan, meliputi : tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan
tindakan merujuk klien.
4.
Planing
Planing/perencanaan,
adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan
disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini
harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu
tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai
kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara
lain dokter.
Dalam metode SOAP, (P)
ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi.
Pendokumentasian (P) dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana
yang telah disusun sesuai dengan keadaan dalam rangka mengatasi masalah pasien.
Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak
dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan
dalam proses implementasi ini bila kondisi pasien berubah analisis juga berubah
maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut
berubah atau harus disesuaikan.
Dalam
planing ini juga harus mencantumkan evalusion/evaluasi yaitu tafsiran dari efek
tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan/hasil pelaksanaan
tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan
faktor ketepatan nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai
proses evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternative sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk mendokumentasikan
proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap
mengacu pada metode SOAP.
E.
Konsep
Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Seksio Sesarea
Metode pendokumentasian
SOAP pada ibu post seksio sesarea sebagai berikut :
S : a.
Mengatasi rasa nyeri (Prawirohardjo,2010 : 442)
b. Nyeri / ketidaknyamanan (Mitayani, 2011 : 113)
O :
a.
Kesadaran penderita: Composmentis
(Manuaba, 2012 : 284).
b. Tanda-tanda
vital (suhu tidak boleh melebihi 380C, pernapasan normal
18-24x/menit) (Manuaba, 2012 : 285).
c. Perdarahan/lokhia
yang normal lokhia rubra yaitu darah yang berwarna merah segar (Prawirohardjo,
2010 : 444).
d. Laboratorium
yang harus diperiksa adalah Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht), leukosit (WBC),
kulture urine, golongan darah, elektrolit(Jitowiyono, 2012 :
76).
A
: Diagosa Aktual
:Ibu nifas dengan Post Seksio Sesarea
Diagnosa
Potensial :Infeksi luka (Prawirohardjo,
2010)
Tindakan
Segera : Tindakan yang di lakukan untuk
Mencegah infeksi
yaitu pembalutan luka/perawatan luka yang benar, luka harus dijaga agar tetap
kering dan tidak basah, pemberian antibiotika dan kolaborasi dengan dokter
(Prawirohardjo, 2010 : 445).
P :
Observasi
kesadaran penderita (Manuaba, 2012 :
284).
1) Observasi
tanda-tanda vital pada 15 menit jam pertama dan 30 menit pada jam selanjutnya
(Prawirohardjo, 2010 : l 444).
2) Observasi
kontraksi uterus dan perdarahan (Prawirohardjo, 2010 : 444).
3) Anjurkan
ibu untuk mobilisasi dini setelah 8-12 jam pasca operasi (Prawirohardjo, 2010 :
444).
4) Observasi
insisi terhadap infeksi (Jitowiyono, 2011 : 50).
5) Observasi
pengeluaran urine (Prawirohardjo, 2010 : 445).
6)
Pemberian
terapi obat dan cairan yaitu obat meperidin 50 hingga 75 mg diberikan
secara intramuskular setiap 3 jam seperlunya untuk mengatasi ketidaknyamanan.
Sebagai alternatif dapat diberikan morfin sulfat 10-15 mg dengan cara yang aman
dan cairan 3 liter harus terbukti adekuat selama 24 jam (Cuningham, 2013 :
586).
a.
Pelaksanaan
Melaksanakan asuhan
langsung secara efisien dan aman sesuai dengan keadaan pasien dalam rangka
mengatasi masalah. Tahap pelaksanaan sesuai dengan prosedur ibu post seksio
sesarea (Kurniawati, 2008 : hal 76).
b.
Evaluasi
Merupakan tahap
terakhir dalam manajemen kebidanan yakni dengan melakukan evaluasi dari
perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian
dari proses yang dilakukan terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara
komperhensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien
(Sudarti, 2011 : 37).
BAB III
KERANGKA
KONSEP
A.
Kerangka
Konsep
Kerangka
konsep adalah Suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainya, atau cara antara variable yang satu dengan
variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti.
Asuhan kebidanan pada ibu post
seksio sesarea dengan menggunakan manajemen 7 langkah varney yaitu dengan
pengumpulan data dasar/pengkajian yang di peroleh dari pasien atau keluarga
pasien, interpretasi data dasar, masalah potensial yang akan timbul pada ibu
post seksio sesarea, tindakan segera untuk mengatasi masalah atau komplikasi
yang bisa timbul, perencanaan asuhan kebidan pada ibu post seksio sesarea,
pelaksanaan dari semua perencanaan asuhan yang akan diberikan, melakukan
evaluasi dari hasil asuhan yang telah diberikan dan mencatat semua tindakan
atau asuhan yang telah diberikan atau didokumentasikan menggunakan
pendokumentasian SOAP. Jika tidak dilakukan penanganan atau asuhan yang benar
maka akan terjadi komplikasi seperti infeksi puerperalis, perdarahan, emboli paru,
rupture uteri spontan.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan kerangka konsep penelitian di gambarkan melalui skema dibawah ini.
![]() |
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Penelitian
BAB
IV
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis
Dan Metode
Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah observasional
deskriptif dimana sasaran pengumpulannya di tujukan pada perilaku khusus,
karena sifatnya senantiasa ditujukan pada perilaku individu, masyarakat,
lingkungan, administrasi dan lain sebagainya.
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus dengan
mengeksplorasi secara mendalam dan spesifik tentang kejadian tertentu, dengan
mengangkat suatu kasus untuk diteliti sebagai gambaran asuhan kebidanan pada
ibu post seksio sesarea.
B.
Waktu
dan Tempat Penelitian
Lokasi
penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 23 juni 2014 s/d 05 juli 2014 di
Ruang Kasuari Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.
C.
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian ini
dilakukan pada ibu M, ibu yang mengalami post seksio sesarea di Ruangan Kasuari
RSU Anutapura Palu.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Penyusunan
karya tulis ilmiah ini adalah cara untuk memperoleh bahan dan data lainnya
penulis menggunakan beberapa metode yang lazim digunakan yaitu dalam
pengumpulan data penulis menggunakan metode pendekatan menejemen kebidanan,
untuk membantu pemecahan masalah klien melalui proses 7 langkah varney pada hari pertama dan selanjutnya
pendokumentasian menggunakan metode SOAP dan melakukan pengamatan secara
langsung pada klien di Ruangan Kasuari RSU Anutapura Palu. Dengan menggunakan
teknik sebagai berikut :
1.
Data Primer
Data primer adalah
jenis data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti pada sumber aslinya.
Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung dari responden dengan cara : interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan pemeriksaan
fisik.
a.
Interview
(wawancara)
Melakukan wawancara dengan pasien secara langsung
untuk mendapakan data subjektif yang akurat sesuai dengan apa yang ibu katakan
atau ibu keluhkan.
Dari
hasil wawancara
diperoleh data subjektif atau keluhan yang dirasakan oleh ibu M dengan ibu
merasa nyeri luka bekas operasi, nyeri pada bagian perut, ibu merasa haus dan
masih dipuasakan.
b.
Observasi
(pengamatan)
Pengamat benar-benar mengambil bagian
dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada sasaran pengamatan (observasi).
Dalam kata lain, pengamat ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas dalam kontak
sosial yang tengah diselidiki
Dari hasil observasi yang telah dilakukan pada Ny. M
selama 3 hari didapatkan hasil observasi perdarahan normal yaitu lochea rubra
pada insisi luka operasi tidak didapatkan masalah atau tidak terjadi infeksi.
c.
Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan
fisik pada Ny. M yaitu dengan memeriksa keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
pemeriksaan kebidanan dan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan teori tau
tidak.
Hasil pemeriksaan fisik
atau data objektif yaitu keadaan umum sedang, kesadaran : composmenthis, TTV:
TD: 120/80 mmHg, N: 80x/i, R: 22x/i, S: 36,5oC, kontraksi uterus
baik, perdarahan lokhia rubra, pemeriksaan laboratorium WBC: 106/mm3,
HBG 11.8, golongan darah A.
2.
Data Sekunder
Data sekunder adalah
data survei yang belum diperas dan analisa lanjutan dapat menghasilkan sesuatu
yang amat berguna. Juga dapat berupa studi perbandingan dari studi-studi yang
telah dilakukan. Didapatkan dari RSU Anutapura Palu yang berupa status pasien.
E. Pengolahan Data
Telahdikumpulkan
melalui alat pengumpulan data lalu diolah dan dianalisa secara deskriftif
kualitatif, yaitu menilai objek penelitian berdasarkan analisis kualitatif
tanpa menggunakan angka-angka secara kuantitatif dengan menggunakan 7 langkah
varney yaitu pengkajian, interpretasi data dasar, masalah potensial, tindakan
segera, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan metode pendokumentasian
menggunakan SOAP dan dibuat dalam bentuk narasi atau laporan.
F.
Penyajian
Data
Setelah dianalisis
selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi atau penjelasan berdasarkan hasil
analisa kualitatif tentang aspek-aspek
yang terkait dengan kasus ibu post seksio sesarea yang diteliti.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Pengkajian
Kasus
Pada bab ini penulis
akan membahas kasus yang diperoleh dari Rumah sakit umum Anutapura Palu pada
Ny. M, No. Reg. 374829 pengkajian ini dilakukan pada tanggal 23-06-2014 dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam Asuhan Kebidanan, dengan hasil
sebagai berikut :
1.
Pengkajian
a.
Identitas (biodata)
1)
Ibu
Nama : Ny. M
Umur :
27 tahun
Agama :
Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat :
Jl. Rambutan
2)
Suami
Nama :
Tn. M
Umur :
30 tahun
Agama :
Islam
Suku/bangsa : Bugis/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat :
Jl. Rambutan
b.
Data subyektif
1) Keluhan
utama : ibu mengeluh nyeri pada luka bekas operasi dengan post SC 3 tahun yang
lalu
2) Riwayat
keluhan utama : klien masuk rumah sakit pada tanggal 23-06-2014 dengan keluhan
sakit perut tembus belakang dan ada pelepasan lendir dan darah. Hasil pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, pernafasan 22
kali/menit, suhu 36,5oC, keadaan janin baik, BJF 130 kali/menit sebelum operasi.
3) Riwayat
menstruasi :
a) Menarche : 13 tahun
b) Siklus
haid : 28-30 hari
c) Lamanya : 7 hari
d) Konsistensi : cair
e) Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut sehari
f) Warna
darah : merah
g) Dismenorhoe : tidak
h) HPHT : ?-09-2013
i) TP : ?-06-2014
4) Riwayat
perkawinan : perkawinan pertama, lama perkawinan ± 5 tahun, umur saat menikah
23 tahun.
5) Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Tabel
1.1 riwayat obstetri
No
|
Tgl
lahir
|
JK
|
Jenis
persalinan
|
BBL
|
Penolong
|
ket
|
1.
|
2010
Abortus
|
|
|
|
|
|
2.
|
3
tahun
|
LK
|
SC
|
3200
|
dokter
|
|
3.
|
Hamil
sekarang
|
|
|
|
|
|
6) Riwayat
ber KB : pernah ber KB, jenis KB Suntik 1 bulan
7) Riwayat
penyakit dalam keluarga : tidak ada
8) Riwayat
kembar : tidak ada riwayat keturunan kembar dari pihak bapak maupun ibu.
9) Riwayat
operasi : ibu sudah pernah dioperasi pada anak ke-2 karena indikasi panggul
sempit.
10) Riwayat
psikososial : ibu dan keluarga merasa senang dengan kelahiran anaknya.
11) Persalinan
sekarang :
a)
Anak lahir tanggal : 23-06-2014
b)
Jenis kelamin : laki-laki
c)
DJJ sebelum operasi : 130x/menit
d) Berat
badan lahir : 3.200 gram
e)
Panjang badan : 51 cm
f)
Jenis persalinan : Operasi Seksio Sesarea
g)
Dengan indikasi : Panggul Sempit
h)
Plasenta : lahir lengkap perabdominal
i)
Perineum :
utuh
j)
Anastesi :
anastesia lumbal
k)
Infus cairan yang terpasang: cairan RL
drips oxytosin 1 ampul 16 tetes/menit
l)
Transfusi darah : tidak dilakukan
12) Post
partum
a)
Pola eliminasi
1)
Eliminasi BAK
Sebelum
Operasi : Sebelum dikaji
terpasang kateter dengan jumlah urine ± 50 cc.
Sesudah
operasi : pada saat dikaji
terpasang kateter dengan jumlah urine ± 200 cc.
2)
Eliminasi BAB : pada saat dikaji ibu mengatakan bahwa setelah
operasi ibu belum BAB.
b)
Kebutuhan istirahat dan tidur
1)
Kebiasaan : ibu mengatakan biasanya tidur siang ± 1-2 jam sehari, dan
tidur malam ± 8-9 jam.
2)
Keadaan sekarang : ibu mengatakan sejak
masuk rumah sakit sampai dengan selesai operasi ibu bisa tidur walaupun sering
terbangun dan kurang nyenyak.
c)
Personal hygiene
1)
Kebiasaan : ibu mengatakan biasanya mandi dan sikat gigi 2 kali dalam
sehari, sedangkan mencuci rambut sebanyak
2-3 kali seminggu.
2)
Keadaan sekarang : saat dikaji ibu
megatakan belum bisa mandi, sikat gigi, dan cuci rambut.
c.
Data obyektif
Pemeriksaan fisik Tanggal
23-juni-2014
1) Pemeriksaan
umum
a)
Keadaan umum : lemah
b)
Kesadaran : composmentis
c)
Tanda-tanda vital :
(1) TD : 120/80 mmHg
(2) Nadi : 80 kali/menit
(3) Suhu : 36,5°C
(4) Pernafasan
: 22 kali/menit
d)
Pemeriksaan sistematis
(1) Muka :
terlihat sedikit pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
(2) Mata :
mata simetris kanan-kiri, konjungtiva tidak anemis kanan-kiri, sclera tidak ikterus kanan-kiri.
Hidung : tidak ada polip maupun
sekret
(3) Mulut :
mucosa bibir tampak kering dan tidak pucat, lidah bersih, gigi utuh dan tidak
ada gigi palsu.
(4) Telinga :
telinga kanan kiri simetris, bersih dan tidak ada sekret.
(5) Leher :
tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
(6) Dada :
payudara simetris kanan kiri, puting susu menonjol, tidak ada benjolan serta
nyeri tekan, pengeluaran kolostrum tidak ada.
(7) Abdomen :
tampak ada luka bekas operasi sepanjang ± 10 cm tertutup verban, dengan jenis
insisi/sayatan klasik (memanjang), tidak ada rembesan darah dari luka operasi, TFU
2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, tidak kembung.
(8) Ekstremitas atas dan bawah : kaki kanan kiri
tidak odema, tidak ada varises, infus terpasang pada tangan kiri.
(9)
Vagina :
perineum utuh, pengeluaran darah lokhia
e)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
laboratorium sebelum dilakukan operasi :
Pada tanggal 23-06-2014
WBC : 10.6
HBG :
11.8
Gol.Darah : A
f)
pemberian obat-obatan sesuai instruksi
dokter
(1)
infus RL 16 tetes/menit drips oxytosin 3
Ampul per 6 jam
(2)
Injeksi Cefotaxime 1 gr/ 24jam/iv
(3)
Injeksi ranitidine 1 ampul/ 8 jam
(4)
Injeksi ketorolac 1 ampul/10 jam/iv
(5)
Metronidazole 10 jam/iv
(6)
Transamin 10 jam/iv
(7)
Pronalges supposutoria/ 8 jam
d.
Klasifikasi Data
Kesimpulan
Ny.M, umur 27 tahun PII
AI, post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit hari
petama selesai operasi pada tanggal 23-06-2014 dengan jenis insisi memanjang
(klasik) ± 10 cm di perut, anastesi lumbal, tiba diruangan RR kasuari bawah
14:00 wita. Keluhan pasca operasi, ibu mengatakan baru selesai melahirkan
dengan cara operasi, ibu mengatakan rasa nyeri pada luka operasi, nyeri pada
bagian perut, ibu merasa haus, ibu juga mengatakan masih dipuasakan.
KU lemah, kesadaran
composmentis, TD : 110/70 mmHg, nadi : 78 kali/menit, suhu : 36,00C,
pernafasan : 22 kali/menit. Ekspresi wajah ibu meringis, kontraksi uterus baik,
tidak ada perdarahan, TFU 2 jari dibawah pusat, nampak luka operasi tertutup
verban di abdomen dengan jenis sayatan memanjang (klasik), konjungtifa tidak
anemis, lachea rubra, terpasang infus dengan cairan RL drips oxytosin 1 ampul
drips oxytosin kolf I 16 tetes/menit, juga terpasang kateter sebelum operasi
dengan jumlah urine ± 50 cc dan sesudah operasi jumlah urine ± 200 cc.
PENDOKUMENTASIAN
SOAP
Tanggal
23-06-2014 Pukul
: 16.00 wita
I. Data
subyektif
a) Ibu
mengatakan baru selesai malahirkan dengan cara operasi
b) Ibu
mengatakan nyeri pada luka operasi
c) Ibu
mengatakan nyeri pada bagian perut.
d) Ibu
mengatakan merasa haus.
e) Ibu
mengatakan dirinya masih dipuasakan
II. Data
obyektif
a) KU
lemah
b) Kesadaran
composmentis
c) TTV,
TD : 100/70 mmHg, N : 78 kali/menit, S : 36,00C, R : 22 kali/menit
d) Nampak
luka bekas operasi tetutup verban di abdomen, jenis insisi memanjang (klasik).
e) Konjungtifa
tidak anemis
f) Kontraksi
uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat.
g) Tidak
ada perdarahan, lochia rubra.
h) Terpasag
infus cairan RL drips oxytosin 1 ampul kolf I 16 tetes/menit.
i) Terpasang
kateter dengan jumlah urine sebelum operasi ± 50 cc, dan sesudah operasi ± 200
cc.
j) Ekspresi
wajah meringis
k) Mukosa
bibir sedikit pucat
l) Bibir
nampak kering
III.
Assesment
1. Diagnosa
aktual
a) Ny.
D, umur 27 tahun, PIIAIpost SC dengan indikasi panggul
sempit.
b) Nyeri
luka operasi
2. Masalah
aktual
Ganguan rasa nyaman
3. Diagosa
potensial
Potensial terjadi
infeksi luka operasi
IV.
Planning
of action
1. Pukul
14.00 wita
Memindahkan
pasien keruang perawatan.
Evaluasi
: Terpasang infus RL drips oxytosin 1 ampul kolf II 16 tetes per menit dan
terpasang kateter.
2. Pukul
16.00 wita
Melakukan
anamnese pada ibu
Evaluasi
: wawancara secara langsung pada ibu.
3. Pukul
16.30 wita
Membersihkan dan
mengganti pakaian ibu.
Evaluasi : Membersihkan
dan menganti pakaian Ny.M Agar ibu dapat merasa nyaman.
4. Pukul
16.40 wita
Mengobservasi
perdarahan pada ibu.
Evaluasi : mengetahui
perdarahan dalam keadaan normal atau tidak. Perdarahan sedikit ( 1/3 pembalut
), lochia rubra.
5. Pukul
16.50 wita
Mengobservasi intake
dan output pada pasien
Evaluasi : Terpasang
cairan RL drips oxytosin 1 Ampul 16 tetes/menit, takar urine ± 210cc.
6. Pukul
17.00 wita
Mengobservasi involusio
setiap hari. Untuk mengetahui keadaan yang patologi dan untuk mengetahui apakah
proses involusio dalam keadaan normal atau tidak.
Evaluasi : TFU 2 jari
dibawah pusat uterus berkontraksi dengan baik.
7. Pukul
17.20 wita
Menjelaskan pada ibu
bahwa puasa harus dilakukan sampai dengan 6 jam.Agar peristaltic usus kembali
normal sehingga meringankan kerja usus.
Evaluasi
: Ibu memahami dengan apa yang dijelaskan dan ibu sudah bisa sedikit minum
namun belum bisa makan.
8. Pukul
17.30 wita
Menjelaskan pentingnya
mobilisasi dini pada ibu, agar sering untuk mengerakan anggota tubuh Untuk
meningkatkan sirkulasi aliran darah yang lancar sehingga mempercepat proses
penyembuhan luka operasi.
Evaluasi : Ibu mengerti
dan dapat menggerakkan anggota tubuhnya.
9. Pukul
17.35 wita
Mengubah posisi pasien
setiap 2 jam gar posisi tetap kooperatif.
Evaluasi : Ibu memahami
dan mau untuk miring kiri dan kanan.
10.
Pukul 17.45 wita
Menjelaskan timbulnya
rasa nyeri agar pasien memahami penyebab rasa nyeri.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dengan penyebab rasa nyeri yang
dirasakan.
11.
Pukul 18.00 wita
Menggunakan tekhnik
antiseptic sebelum dan sesudah tindakan.
Evaluasi : memutus
rantai penyebaran mikroorganisme dan membantu proses penyembuhan.
12.
Pukul 20.00 wita
Memberi terapi antibiotic sesuai dokter untuk membantu proses
penyembuhan.
Evaluasi
: Telah di berikan injeksi ranitidine 1 ampul secara IV melalui infus, dan
pronalges secara suppusutoria sesuai intruksi dokter.
13.
Pukul 21.00 wita
Mengobservasi
tanda-tanda infeksi setiap hari untuk menilai terjadinya infeksi.
Evaluasi : Tidak
terjadi infeksi pada luka operasi.
14.
Pukul 21.10 wita
Memberi
terapi antibiotic sesuai instruksi dokter untuk membantu proses penyembuhan.
Evaluasi
: Telah dibrikan injeksi ketorolac 1 ampul secara IV melalui infus dan melalui
IV serta memberi metronidazole.
15.
Pukul 21.15 wita
Memberikan
obat pronalges supposutoria pada ibu sesuai instruksi dokter.
Evaluasi : Telah
diberikan pronalges supposutoria pada ibu agar ibu flatus.
16. Pukul
23.00 Wita
Pemberian injeksi Ketorolac 1 ampul 10
jam/iv dan Metronidazole 10 jam/iv.
Evaluasi : Telah diberikan injeksi
ketorolac 1 ampul 10 jam/iv dan metronidazole 10 jam/iv sudah diberikan.
17. Pukul
00.00 wita
Pemberian terapi injeksi Cefotaxime 1 gr/24 jam/iv
sesuai instruksi dokter.
Evaluasi : Telah diberikan injeksi
cefotaxime 1 gr/24 jam/iv sudah diberikan.
18. Pukul
00.05 wita
Menganjurkan
pada ibu untuk istrahat.
Evaluasi : ibu sudah istrahat
CATATAN
PERKEMBANGAN
A. Catatan
perkembangan hari II
Tanggal 24-juni-2014, Pukul
08.20 wita
S : Data subyektif
Ibu
mengeluh sakit dan nyeri pada luka bekas operasi, nyeri bila ditekan, ibu
mengatakan ketidakmampuannya beraktifitas saat ini, ibu mengatakan sudah kentut
tadi pagi namun belum buang air besar.
O : data objektif
Panjang luka operasi kurang lebih 10 cm,
tertutup verban dengan baik tidak ada rembesan darah, konjungtifa tidak anemi,
sklera tidak ikterus, wajah ibu masih tampak meringis bila bergerak, terpasang
infus RL drips oxytosin 1 Ampul 16 tetes/menit, terpasang kateter urine ± 250 cc. Kesadaran : composmenthis,
kontraksi uterus baik, pengeluaran lochea rubra.
A : asessment
Ny.
M umur 27 tahun PIIAI, post seksio sesareadengan indikasi
panggul sempit hari ke II, potensial terjadi infeksi luka operasi.
P : planning
of action
1) Pukul
08.30 wita
Mengobservasi
perdarahan pervaginam, dan pengeluaran lochea, dengan mengobservasi untuk
mengetahui keadaan patologi.
Evaluasi : Softex basah
dengan sebagian dengan darah, lochea rubra.
2) Pukul
08.45 wita
Menganjurkan ibu untuk
mobilisasi dini, agar dapat merilekskan otot-otot dan rasa nyeri.
Evaluasi : Ibu sudah
bisa menggerakkan tubuhnya sedikit demi sedikit dan bisa miring kiri-kanan.
3) Pukul
09.05 wita
Mengenjurkan ibu posisi
setiap 1-2 jam, dengan mengubah posisi dapat membantu merilekskan otot-otot.
Evaluasi : Ibu mengerti
dan mau mengikuti anjuran yang diberikan.
4) Pukul
90.20 wita
Mengobservasi keadaan
luka operasi untuk mendeteksi sedini mungkin kemungkinan buruk yang dapat
terjadi.
Evaluasi : Nampak Luka
operasi tertutup verban dengan baik.
5) Pukul
10.00 wita
Menjelaskan pada ibu
tentang penyebab nyeri, dimana nyeri diakibatkan oleh terputusnya saraf-saraf
akibat luka operasi.
Evaluasi : Ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan tentang rasa nyeri yang dia rasakan.
6) Pukul
10.20 wita
Membantu ibu untuk
mobilisasi dini.
Evaluasi : Ibu sudah
bisa miring kanan dan kiri serta berjalan sedikit-sedikit.
7) Pukul
11.10 wita
Mengobservasi intake
dan output.
Evaluasi : Terpasang
infus cairan RL drips oxytosin 1 ampul kolf III 16 tetes/menit dan takar urine
± 350 cc.
8) Pukul
12.00 wita
Memberikan HE tentang
personal hygiene, untuk mencegah
terjadinya infeksi.
Evaluasi : Ibu mengerti
dan memahami apa yang dijelaskan.
9) Pukul
12.00 wita
Memberikan injeksi cefotaxime dan
drips metronidazole
Evaluasi
: Ibu sudah diberikan injeksi cefotaxime dan drips metronodazole melalui cairan
infus per iv.
10) Pukul
13.40 wita
Menganjurkan ibu untuk
mobilisasi dini dengan duduk atau turun dari tempat tidur untuk berjalan secara
perlahan, dengan mobilisasi dini akan memeperlancar peredaran darah dan
merilekskan otot-otot. Evaluasi : Ibu bisa berjalan secara perlahan-lahan.
11) Pukul
14.00 wita
Menganjurkan pada ibu
untuk makan secara bertahap mulai dari makan bubur sampai pada makan, untuk
memeperingan kerja usus.
Evaluasi : Ibu mengerti
dengan anjuran yang diberikan dan ibu sudah makan bubur.
12) Pukul
14.30 wita
Menganjurkan pada ibu
untuk memeberikan ASI esklusif pada bayinya untuk mempercepat involusio uterus
dan sistem immun pada bayi.
Evaluasi : ibu mengerti
dengan penjelasan yang telah diberikan dan mau memberikan ASI ekslusif pada
bayinya.
13) Pukul
15.00 wita
Membantu ibu membersihkan diri dan
memakai pakaiannya.
Evaluasi : Ibu sudah dalam keadaan rapi
dan bersih.
14) Pukul
15.30 wita
Mengobservasi intake
dan output, untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh.
Evaluasi : Terpasang
cairan infus RL 16 tetes/menit. .
15) Pukul
17.30 wita
Memberikan obat
ceftriaxone I ampul secara IV melalui infus sesuai intruksi dokter.
Evaluasi : Telah
diberikan injeksi ceftriaxone I ampul secara IV melalui cairan infus.
16) Pukul
18.20 wita
Memberikan obat
pronalges supposutoria sesuai intruksi dokter.
Evaluasi : Ibu sudah
diberikan obat pronalges supposutoria.
17) Pukul 18.30 wita
Menganti cairan RL 20
tetes/menit
Evaluasi : Cairan infus
RL sudah terpasang dengan baik 20 tetes/menit.
18) Pukul
20.00 wita
Menyuruh ibu untuk
istrahat.
Evaluasi : Ibu sudah
mulai istrahat.
19) Pukul
05.00 wita
Mengobservasi
tanda-tanda vital ibu.
Evaluasi :
Mengobservasi KU dan TTV ibu. KU : baik, TTV TD : 120/70 mmHg, N : 88
kali/menit, R : 22 kali/menit, S : 37oC.
20) Pukul
06.15 wita
Mengobservasi intake
dan output untuk mengetahui keseimbangan cairan yang keluar dan masuk. Urine
takar ± 250 cc.
B. Catatan
perkembangan hari ke III
Tanggal 25-juni-2014 Pukul
08.00
S : data subyektif
Ibu
mengeluh sakit dan rasa nyeri pada luka bekas operasi sudah berkurang, ibu
sudah buang air besar, ibusudah bisa berjalan pelan-pelan,sudah dapat makan
nasi sedikit demi sedikit.
O : data obyektif
Panjang luka operasi
kurang lebih 10 cm, tertutup verban dengan baik dan tidak ada rembesan darah,
konjungtifa tidak anemis, sklera tidak ikterus, wajah ibu masih meringis bila
bergerak, terpasang kateter dan infus cairan RL 20 tetes/menit. KU : baik,
kesadaran : composmenthis, kontraksi uterus baik, perdarahan pervagina biasa
softex basah sebagian, pengeluaran lochea rubra.
A : asessment
Ny. M umur 27 tahun PIIAI,
post seksio sesareadengan indikasi panggul sempit hari ke III , potensial
terjadi infeksi luka operasi.
P : planning
of action
1) Pukul
08.00 wita
Aplosan dengan dinas
malam.
2) Pukul
08.30 wita
Memberi injeksi
cefotaxime 1 gr/12 jam.
Evaluasi : sudah
diberikan injeksi cefotaxime 1 gr/12 jam secara iv.
3) Pukul
09.20 wita
Melakukan aff infus
karena flebitis.
Evaluasi : Aff infus
dikarenan tangan ibu bengkak/flebitis sesuai intruksi dokter.
4) Pukul
10.00 wita
Melakukan
ganti verban pada luka operasi.
Evaluasi
: Sudah di lakukan ganti verban dan luka operasi masih basah
5) Pukul
10.30 wita
Melakukan vulva hygiene
agar ibu merasa nyaman.
Evaluasi : Ibu mengerti
dan sudah merasa nyaman setelah dibersihkan.
6) Pukul
12.10 wita
Mengobservasi KU dan TTV ibu. KU : baik, TTV
TD : 90/60 mmHg, N : 88x/i, R : 22x/i, S : 37oC.
7) Pukul
12.20 wita
Melakukan
takar urine
Evaluasi
: Telah melakukan takar urine sebanyak ±
500 cc.
8) Pukul
13.10 wita
Mengobservasi keadaan
luka operasi untuk mendeteksi sedini mungkin kemungkinan buruk yang akan
terjadi.
Evaluasi : Luka operasi
masih sedikit basah.
9) Pukul
15.00 wita
Melakukan
aff kateter agar ibu dapat BAB dan BAK sendiri.
Evaluasi
: kateter sudah di aff karena ibu telah bisa BAK dan BAB sendiri.
10) Pukul
15.10 wita
Mengenjurkan ibu untuk banyak minum
dan makan-makanan dengan gizi seimbang, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu secara
adekuat.
Evaluasi
: Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan, ibu minum kurang lebih 6 gelas
sehari, sudah makan nasi dan buah.
11)
Pukul 17.15 wita
Menganjurkan pada ibu
agar setiap hari memberihkan dirinya agar ibu merasa nyaman.
Evaluasi : Ibu mengerti
dengan penjelasan yang telah diberikan.
12) Pukul
19.00 wita
Menganjurkan pada ibu
sebelum menyusui bayinya harus dibersihkan terlebih dahulu agar tidak terjadi
infeki.
Evaluasi : Ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan.
13) Pukul
20.00 wita
Menganjurkan ibu untuk
istrahat.
Evaluasi : Ibu sudah
istrahat dengan bayinya di letakan disamping.
14) Pukul
07.30 wita
Aplosan dengan dinas
pagi.
C. Catatan
perkembangan hari ke IV
Tanggal 26-juni-2014 Pukul
08.00
S : data subyektif
Ibu mengatakan rasa sakit
dan nyeri pada luka bekas operasi sudah berkurang, sudah bisa berjalan
pelan-pelan, BAB dan BAK dikamar mandi sendiri, sudah dapat makan nasi, ASI
sudah ada keluar, dan sudah bisa mandi sendiri.
O : data objektif
Panjang luka operasi
kurang lebih 10 cm tertutup verban dengan baik dan tidak ada rembesan darah,
konjungtifa tidak anemis, sklera tidak ikterus. KU : baik, kesadaran :
composmenthis, TTV TD : 120/80 mmHg, N : 84 kali/menit, R : 24 kali/menit, S :
36oC, kontraksi baik, pengeluaran lochea sanguinolenta, nampak luka
operasi masih basah.
A : asessment
Ny. M umur 27 tahun PIIAI,
post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit hari ke IV, potensial
terjadi infeksi luka operasi.
P : planning
of action
1) Pukul
08.30 wita
Memandikan bayi ibu.
Evaluasi : Bayi ibu
sudah dimandikan dan menyuruh ibu untuk segera menyusuinya.
2) Pukul
08.50 wita
Menganjurkan ibu untuk
membersihkan dirinya dan mengobservasi perdarahan.
Evaluasi : Ibu sudah
bisa mandi dan Perdarahan sedikit (1/2 pembalut), lochia sanguinolenta, TFU 2
jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik.
3) Pukul
09.40 wita
Memberikan (HE) healt education pada ibu tentang
perawatan luka operasi dan juga HE gizi pada ibu nifas, dengan diberi HE ibu
mengerti perawatan luka yang benar dan gizi yang cukup akan mempercepat proses
penyembuhan luka operasi.
Evaluasi : Ibu mengerti
dan memahami apa yang disarankan.
4) Pukul
09.50 wita
Memberikan healt education (HE) pada ibu tentang
KB.
Evaluasi : Dengan
diberi HE ibu sudah mengerti manfaat dan kegunaan KB.
5) Pukul
10.00 wita
Memberikan obat oral
cefadroxil 500 mg 2x1, methylergometrine 3x1, Asam mefenamat 3x1, dan moloco
2x1 sesuai intruksi dokter.
Evaluasi : Obat sudah
diberikan pada ibu
6) Pukul
10.20 wita
Pasien minta pulang.
Lapor dokter Mardiyah, SpOG. Intstruksi dokter pasien dibolehkan pulang dan
dianjurkan untuk kontrol kembali 3 hari berikutnya atau kontrol dipuskesmas
terdekat. Dengan memeriksakan diri da mengontrol luka operasi secara rutin maka
dapat diketahui sedini mungkin apabila ada kelainan.
Evaluasi : Ibu mengerti
dan berjanji akan kontrol.
7) Pukul
10.30 wita
Mengganti verban ibu
dan melihat perdarahan pada luka operasi.
Evaluasi : ada
perembesan darah dan luka masih basah.
8) Pukul
10.40 wita
Menganjurkan ibu untuk
memebawa bayinya keposyandu dan mengontrol berat badannya dan immunisasi.
Dengan menimbang bayi secara rutin maka dapat diketahui berat badannya naik
atau turun, dan vaksin immunisasi dapat memberikan kekebalan bayi.
Evaluasi : Ibu mengerti
dan berjanji akan rutin membwa anaknya ke posyandu.
9) Pukul
11.00 wita
Ibu pulang paksa.
B.
PEMBAHASAN
Penulis akan membahas
tentang kesenjangan yang terjadi antara kasus yang ditemukan dengan teori. Pada
pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. M, ibu dengan post sc atas indikasi
panggul sempit yang dirawat di RSU Anutapura Palu yang dilaksanakan mulai
tanggal 23 juni 2014 sampai dengan 05 Juni 2014.
Agar mempermudah dan
memperjelas pembahasan, maka penulis menggunakan pendekatan asuhan kebidanan
yaitu dengan membahas data subjektif, data objektif, asessment, planning of action,
dan catatan perkembangan.
Dalam melakukan asuhan
kebidanan tidak ditemukan hambatan-hambatan karena ibu maupun keluarga sangat
terbuka dalam memberikan informasi dan data-data yang dibutuhkan sehingga
mempermudah proses penerapan asuhan kebidanan.
1.
Data subjektif
Asumsi
peneliti dari data subjektif yang
ditemukan pada Ny. M dengan post seksio sesarea yaitu ibu mengatakan baru
selesai melahirkan dengan cara operasi, ibu mengatakan nyeri pada bagian perut,
ibu mengatakan merasa haus, ibu mengatakan dirinya masih dipuasakan.
Berdasarkan teori menurut Prawirahardjo (2010) bahwa indikasi panggul sempit harus dilakukan
seksio sesarea dan menurut Mitayani (2011) ibu merasa tidak nyaman dengan bekas
luka operasi.
Dengan
demikian telah ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang teliti
yaitu ibu merasa haus dan masih dipuasakan dikarenakan
pasien
tersebut sebelumnya memiliki riwayat operasi seksio sesarea sehingga nyeri yang
dirasakan ibu karena adanya bekas luka operasi. Ibu juga mengatakan merasa haus
serta masih dipuasakan karena pasien post operasi belum bisa makan dan minum
sebelum bisa buang angin karena menunggu gerakan peristaltic usus kembali
normal sehingga meringankan kerja usus.
2.
Data objektif
Asumsi
peneliti dari data objektif yang ditemukan Pada kasus post seksio sesarea Pada Ny
M yang ditemukan yaitu : KU : baik, tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, Nadi :
80 kali/menit, Suhu : 36,5°C, Pernafasan : 22 kali/menit dan kesadaran
composmenthis, nampak luka bekas operasi tertutup verban di abdomen, jenis
insisi klasik (memanjang), konjungtifa tidak anemis, sklera tidak
ikterus,kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, terdapar lochea rubra,
terpasang infus dengan cairan RL drips oxytosin 1 ampul 16 tetes/menit,
terpasang kateter urine sebelum operasi ±50 cc dan sesudah operasi ±200 cc,
pemeriksaan laboratorium HBG : 11.8, WBC : 11.6, Gol.darah A.
Berdasarkan
teori menurut Manuaba (2012) kesadaran penderita : Composmentis, Tanda-tanda
vital (suhu tidak boleh melebihi 380C, Pernapasan normal 18-24
kali/menit). Menurut Prawirahardjo (2010) perdarahan / lochea yang normal
lochea rubra yaitu darah yang berwarna merah segar. Menurut Jotowiyono (2012)
laboratorium yang harus diperiksa adalah hemoglobin/hematokrit, leukosit (WBC),
kulture urine, golongan darah, dan elektrolit.
Dengan
demikian ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus Ny M, Pada masalah ini
pemeriksaan kulture urine dan elektrolit sangat penting karena pemeriksaan
kulture urin untuk memeriksa dan mengetahui apakah dia terkena penyakit infeksi
saluran kemih atau tidak. Serta untuk
pemeriksaan elektrolit juga penting karena untuk mengetahui keseimbangan cairan
dalam tubuh.
3.
Asessment
a.
Analisa masalah/diagnosa aktual
Asumsi peneliti pada
diagnosa aktual pada Ny M yaitu : Post seksio sesarea dengan indikasi panggul
sempit. Menurut Prawirahardjo (2010) yaitu ibu nifas dengan post seksio
sesarea. Asumsi peneliti diagnosa potensial pada Ny M yaitu tidak ditemukan
infeksi luka karena ibu selalu bergerak aktif, selalu membersihkan bekas luka
operasi, makan makanan yang bergizi serta personal hygiene ibu bersih. Menurut
Prawirahardjo (2010) yaitu terjadi infeksi luka.
Dengan demikian tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus Ny M.
4. Plan of action atau
pelaksanaan
Asumsi
peneliti yang ditemukan pada Ny M yaitu observasi Ku dan tanda-tanda vital,
kontraksi : baik, perdarahan : sedikit, obervasi luka operasi, observasi urine.
Menurut Prawirahardjo (2010) yaitu observasi tanda-tanda vital pada 15
menit jam pertama dan 30 menit pada jam selanjutnya, Observasi kontraksi uterus
dan perdarahan, Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
setelah 8-12 jam pasca operasi, observasi insisi terhadap infeksi, Observasi
pengeluaran urine.
Dengan demikian tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus Ny M.
5.
Pendokumentasian
Pada
pendokumentasian kasus Ny.M tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan
teori dan tinjauan kasus karena catatan perkembangan sudah dilaksanakan
berdasarkan tori yang ada yaitu pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
BAB
VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan
teori dan kasus pada Ny. M dengan post seksio sesarea dengan indikai panggul
sempit yang dirawat di ruangan kasuarai bawah RSU Anutapura Palu, maka pada bab
ini peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.
Pada
saat pengkajian kasus terdapat kesenjangan pada data subjektif ibu mengatakan
mulutnya haus, ibu mengatakan dirinya masih dipuasakan sementara pada teori
tidak ada.Dengan demikian telah ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus
yang teliti yaitu ibu mengatakan merasa haus serta masih dipuasakan karena
pasien post operasi belum bisa makan dan minum sebelum bisa buang angin karena
menunggu gerakan peristaltic usus kembali normal sehingga meringankan kerja
usus.
Pada
data objektif ditemukan kesenjangan dengan teori yaitu dimana dalam pemeriksaan
laboratorium tidak dilakukan pemeriksaan kulture urinedan alektrolit .Pada
masalah ini pemeriksaan kulture urine dan elektrolit sangat penting karena
pemeriksaan kulture urin untuk memeriksa dan mengetahui apakah dia terkena
penyakit infeksi saluran kemih atau tidak. Serta untuk pemeriksaan elektrolit juga penting
karena untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh.
Penegakkandiagnosaatau asessment yaitu Ny. M umur 27 tahun PIIAI
post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit. Potensial terjadi infeksi
luka operasi dan apabila perlu kolaborasi dengan dokter.
Pada
perencanaan dan pelaksanaan dibuat untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan
masalah yang ditemukan. Penyembuhan dan pemulihan dapat dicapai dengan
pengobatan yang tepat dan perawatan dan perawatan yang menyeluruh.
B.
Saran
1. Bagi
RSU Anutapura Palu khususnya bidan dan para staff kepegawaian diharapkan
penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Seperti peralatan yang kurang memadai dan penatalaksanaan
yang belum sesuai dengan langkah-langkah pada tinjauan teori yang didapatkan.
2. Bagi
institusi Akbid Graha Ananda agar dapat menjadi literatur tentang asuhan
kebidanan seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit.
3. Untuk
peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan kasus post seksio sesarea apabila
telah berada dilahan praktik.
4. Bagi
peneliti lainnya agar dalam melakukan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
post seksio sesarea lebih intensif dan pendampingan langsung pada ibu post seksio
sesarea dengan indikasi panggul sempit.
DAFTAR PUSTAKA
Baston H, Hall J,
2008, Postnatal, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Buraerah, 2013, Analisis Deskriptif Data Riset Kesehatan, Masagena
Press, Makasar
Chapman V, Cathy
C, 2013, Persalinan dan Kelahiran Asuhan
Kebidanan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Cunningham G.F,
2013, Obstetri Willianms, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
.
Cunnningham. G.
F, Gant. F. N, 2011, Dasar - Dasar
Ginekologi Dan Obstetri, EGC, Jakarta.
Dinas kesehatan
Propinsi Sulawesi Tengah, 2012, Profil
Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah

Dinas Kesehatan
Kota Palu, 2012, Profil Kesehatan Kota
Palu

Liu. T.Y.D, 2008, Manual Persalinan, ECG, Jakarta.
Mangkuji
B, Ginting I, Suswati, Lubis R, Wildan, 2013, Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP,
EGC, Jakarta
Manuaba
G.B.I, 2012, Teknik Operasi Obstetri Dan
Keluarga Berencana, CV. Trans Info Media, Jakarta.
Mitayani, 2011, Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba
Madika, Jakarta
Muslihatun N. W,
2009,Dokumentasi Kebidanan, Fitramaya
,Yogyakarta
Muslihatun, N.W,
2010, Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita,
Fitramaya, Yogyakarta
Notoatmodjo S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT
Rineka Cipta, Jakarta
Oxorn
H, Forte R. W, R.2010,Ilmu Kebidanan, Patologi & Fisiologi
Persalinan, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta
Prawihardjo S,
2009, Ilmu kebidanan, PT Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta
![]() |
Rukiyah
Y. A, Lia Y, 2010, Asuhan Kebidanan IV
(Patologi Kebidanan), CV. Trans info Media, Jakarta
Rukiyah, Y.A, Lia
Y, Meida L, 2009, Asuhan Kebidanan I (Kehamilan), CV. Trans info Media, Jakarta
Rukiyah, Y.A,
Lia Y, Maemunah, Lilik S, 2009, Asuhan
Kebidanan II (Persalinan), CV. Trans info Media, Jakarta

Soepardan, S.
2008, Konsep Kebidanan, EGC, Jakarta
Sudarti,
Fauziah A, 2011, Buku Ajar Dokumentasi
Kebidanan, Nuhamedika, Yokyakarta.
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar