Selasa, 19 Januari 2016

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M DENGAN POST SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI PANGGUL SEMPIT DI RSU ANUTAPURA PALU



                  BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Persalinan melalui seksio sesarea didefenisikan sebagai pelahiran janin melalui insisi di dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histeroktomi). Pada praktik obstetri medern, hampir tidak ada kontraindikasi untuk seksio sesarea. Angka kematian ibu akibat seksio sesarea kurang dari 1:1000 prosedur. Bahkan, angka mortalitas oprasi yang relatif rendah ini harus dianggap berlebihan karena sebagian besar dari kematian ini terjadi pada perempuan muda sehat yang menjalani suatu proses fisiologik normal (Cunningham, 2011: 466).
Ancaman terbesar bagi perempuan yang menjalani seksio sesarea adalah anastesia, sepsis berat, dan serangan tromboembolik. Namun perlu ditekankan bahwa pneumonia aspirasi yang dahulu merupakan penyebab utama kematian akibat seksio sesaria telah dihindari sepenuhnya melalui praktik rutin pemberian 30 ml milk of magnesia atau yang lebih baru, larutan natrium sitrat dan asam sitrat. Bahkan ketika morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan masalah yang menyebabkan dilakukannya seksio sesaria disingkirkan, morbiditas itu lebih sering dan kemungkinan besar lebih parah setelah seksio sesaria dari pada setelah partus pervaginam. Yang sering menjadi penyebab morbiditas pasca seksio sesaria adalah infeksi, perdarahan, dan cedera saluran kemih (Cunningham, 2011: 466).
Untuk mencegah ibu dengan seksio sesaria agar tidak terjadi komplikasi maka asuhan kebidanan penting untuk ibu post seksio sesaria. Kurangnya pengetahuan ibu tentang proses penyembuhan seksio sesaria yang membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada persalinan pervaginam. Penanganan dan pencegahan seksio sesaria yang benar dapat mengurangi komplikasi yang mungkin akan terjadi.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2012, dari jumlah ibu bersalin sebanyak 60,612 orang dengan penangganan komplikasi obstetrik sebanyak 7,261 orang atau 57,18%, sedangkan pada tahun 2013 dari jumlah ibu bersalin 61,077 orang dengan penangganan komplikasi obstetrik sebanyak 7,294 atau 57,29% (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah).
Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Palu pada tahun 2012, dari jumlah ibu bersalin sebanyak 7,131 orang dengan persalinan seksio sesarea sebanyak 48 orang. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah ibu bersalin sebanyak 7,599 dengan persalinan Seksio sesarea sebanyak 36 orang(Profil Dinas Kesehatan kota Palu).
Berdasarkan data yang diperoleh dari RS Anutapura Palu bulan Januari- Desember Tahun 2012, tercatat 1911 orang ibu bersalin dan dengan   persalinan seksio sesarea sebanyak  864 orang, sedangkan pada tahun 2013 tercatat 2344 orang ibu bersalin dan dengan persalinan seksio sesareasebanyak 840 orang (Profil RS Anutapura Palu).
Menurut peneliti sebagian besar kurangnya pengetahuan ibu tentang persalinan normal di mana persalinan normal proses penyembuhannya lebih cepat di bandingkan dengan Seksio Sesaria. Serta kebanyakan perasaan takut dalam proses persalinan normal. Padahal persalinan dengan seksio sesaria masa penyembuhanya membutuhkan waktu lama. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil judul asuhan kebidanan pada ibu post seksio sesareabagaimana proses perawatannya.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Post Seksio Sesarea Di Ruang Kasuari Rumah Sakit Umum Anutapura Palu”.
C.      Tujuan Penelitian
1)        Tujuan umum
Dilaksanankan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit di RSU Anutapura Palu.
2)        Tujuan Khusus
a.    Telah melakukan pengkajian data subjektif secara langsung pada ibu post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit di RSU Anutapura Palu
b.    Telah melakukan pengkajian data objektif secara langsung pada ibu hamil dengan ibu post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit di RSU Anutapura Palu.
c.    Telah melakukan penegakan diagnosa atau assasment sesuai data yang telah diperoleh secara langsung pada ibu post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit di RSU Anutapura Palu.
d.      Telah melakukan perencanaan dan penatalaksanaan untuk penanganan pada ibu post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit di RSU Anutapura Palu.
D.      Manfaat Penelitian        
1.      Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan bahan informasi dan masukan serta memberikan manfaat bagi instansi terkait khususnya RSU Anutapura Palu sebagai tempat pengambilan kasus untuk meningkatkan asuhan kebidanan.
2.      Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah daftar studi kepustakaan dan diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan Graha Ananda Palu untuk penelitian lebih lanjut.
5. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman yang berharga  dan menambah wawasan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu post seksio sesarea di ruangan kasuari RSU Anutapura Palu.
6. Bagi Peneliti Lainnya
Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya khususnya tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post seksio sesarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Konsep Dasar Seksio Sesarea
1.    Pengertian
Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan latin caedere yang artinya memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law(lex Regia) dan Emperor’s law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim (Sofian, 2012 : 85).
            Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram (Mitayani, 2011 : 111).
Seksio sesarea adalah pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn, 2010 : 634).
2.    Jenis – Jenis Seksio Sesarea
Menurut Sofian (2012 : 86), jenis-jenis operasi adalah :
a.         Seksio sesarea abdominalis, yaitu seksio sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri. Seksio sesarea ismika profunda dengan insisi pada segmen bawah rahim. Seksio sesarea ekstraperitonealis, yaitu seksio sesarea tanpa membuka peritonium parietal, dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b.         Seksio sesarea Vaginalis, yaitu menurut arah sayatan pada rahim.
c.         Seksio sesarea klasik (korporal). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.
d.        Seksio sesarea ismika (profunda). Dilakukan dengan membuat sayatan meintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira sepanjang 10 cm.
3.    Indikasi
Seksio sesarea dapat dilakukan atas beberapa indikasi menurut Mitayani (2011 : 112), sebagai berikut :
a.         Indikasi ibu
1)        Panggul sempit absolut
2)        Tumor-tumor jalan lahir menimbulkan obstruksi
3)        Stenosis vagina
4)        Plasenta previa
5)        Disproporsi sefalopelvis
6)        Ruptur uterus
7)        Diabetes (kadang-kadang)
8)        Riwayat obstetri yang buruk
9)        Riwayat seksio sesarea klasik
10)    Infeksi hipervirus tipe II (genetik)
b.         Indikasi janin
1)        Letak janin yang stabil tidak bisa dikoreksi
2)        Presentasi bokong (kadang-kadang)
3)        Penyakit atau kelainan berat pada jenin seperti eritoblastosis atau retardasi pertumbuhan yang nyata
4)        Gawat janin
4.    Komplikasi Operasi Seksio Sesarea
Komplikasi yang mungkin terjadi setelah tindakan operasi seksio sesarea menurut Mitayani (2011 :112), sebagai berikut :
a.    Pada ibu
1)        Infeksi puerperalis
Ringan : peningkatan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas.
Berat : peritonitis sepsis
2)        Perdarahan
3)        Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, emboli paru-paru.
b.    Pada bayi
Kematian perinatal pasca seksio sesarea sebanyak 4-7%
5.    Prinsip Perawatan Pasca Operasi
Penatalaksanaan pasca post operasi menurut Prawirahardjo (2010 : 444) sebagai berikut :
a.    Perawatan Awal
1)        Letakan pasien dalam posisi untuk pemulihan
a)        Tidur miring dengan kepala agak ekstensi untuk membebaskan jalan nafas.
b)        Letakan lengan atas di muka tubuh agar mudah melakukan pemeriksaan tekanan darah.
c)        Tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas lebih tertekuk dari pada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan.
2)        Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien
a.       Cek tanda vital dan suhu tubuh setiap 15 menit selama jam pertama,  kemudian tiap 30 menit pada jam selanjutnya
b.      Periksa tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai sadar
c.       Cek kontraksi uterus jangan jangan sampai lembek
b.    Analgesia
1)   Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting
2)   Pemberian sedasi yang berlebihan akan menghambat morbilitas yang diperlukan pasca bedah.
Analgesia yang diberikan : suposutoria ketoprofen 2 kali/12 jam atau tramadol ; oral tramadol tiap 6 jam atau parasetamol ; injeksi penitidin 50 – 75 mg diberikan tiap 6 jam bila perlu.
3)   Bila pasien sudah sadar, perdarahan minimal, tekanan darah baik stabil, urin >30 cc/jam, pasien bisa kembali keruangan.
c.    Perawatan Lanjutan
Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tiap 4 jam, kontraksi uterus, dan perdarahan.
d.   Mobilisasi
Pasien telah dapat menggerakan kaki dan tanganya serta tubuhnya sedikit, kemudian dapat duduk pada jam 8 – 12 (bila tak ada kontraindikasi dari anastesi). Ia dapat berjalan bila mampu pada 24 jam pasca bedah bahkan mandi sendiri pada hari kedua.
e.    Fungsi Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal pada pasien obstetri yang tindakanya tidak terlalu berat akan kembali normal dalam waktu 12 jam.
1.    Jika tindakan bedah tidak berat, berikan pasien diet cair. Misalnya 6-8 jam pasca bedah dengan anastesi spinal, infus dan kateter dapt dilepas.
2.    Jika ada tanda infeksi, atau jika seksio sesaria karena partus macet atau ruptura uteri, tunggu sampai bising usus timbul.
3.    Jika peristaltik baik dan pasien bisa flatus mulai berikan makan padat
4.    Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.
5.    Berika pada 24 jam I sekitar 2 liter cairan, dengan monitor produksi urin tidak kurang dari 30 ml/jam. Bila kurang, kemungkinan ada kehilangan darah yang tidak kelihatan atau efek antidiuretik dan oksitosin.
6.    Jika pemberian infus melebihi 48 jam, berikan cairan elektrolit untuk balans (misalnya kalium klorida 40 mEq dalam 1/cairan infus).
7.    Sebelum keluar dari rumah sakit, pasien sudah harus bisa makan makanan biasa.
f.     Pembalutan dan Perawatan Luka
Penurup/pembalut luka berfungsi sebagai penghalang dan pelindung terhadap infeksi terhadap proses penyembuhan yang dikenal dengan reepitelisasi. Pertahankan penutup luka ini selama hari pertama setelah pembedahan untuk mencegah infeksi selama proses reepitelisasi berlangsung.
1.    Jika pada pembalut luka terdapat perdarahan sedikit atau keluar cairan tidak terlalu banyak, jangan menganti pembalut:
a)    Perkuat pembalutnya
b)   Pantau keluarnya cairan dan darah
c)    Jika perdarahan tetap bertambah atau sudah membasahi setengah atau lebih dari pembalutnya, buka pembalut, inspeksi luka atasi penyebabnya, dan ganti dengan pembalut baru.
2.    Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut tetapi diplester untuk mengencangkan. Ganti pembalut dengan cara yang steril
3.    Luka harus dijaga tetap kering dan bersih, tidak boleh terdapat bukti infeksi atau seroma sampai ibu diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
 g.    Perawatan Fungsi Kandung Kemih
Pemasangan kateter dibutuhkan pada prosedur bedah. Semakin cepat melepas kateter akan lebih baik mencegah kemungkinan infeksi dan membuat perempuan lebih cepat mobilisasi.
1)        Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah bedah atau sesudah semalam.
2)        Jika urin tidak jernih, biarkan kateter dipasang sampai urin jernih
3)        Kateter dipasang pada 48 jam pada kasus :
a)   Bedah karena ruptur uteri
b)   Partus lama atau partus macet
c)   Oedema perineum yang luas
d)  Sepsis puerperalis/pelvio peritonitis
h.    Antibiotika
Jika ada tanda infeksi atau pasien demam, berikan antibiotika sampai bebas demam selama 48 jam.
i.      Melepas Jahitan
1)        Jahitan fasia merupakan hal utama pada bedah abdomen
2)        Melepas jahitan kulit 5 hari setelah hari bedah pada penjahitan dengan sutera.
j.      Demam      
1)        Suhu yang melebihi 38ºC pasca pembedahan hari ke-2 harus dicapai penyebabnya.
2)        Yakinkan pasien tidak panas minimum 24 jam sebelum keluar dari rumah sakit.
k.    Ambulasi/Mobilisasi
1)        Ambulasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal.
2)        Dorong untuk menggerakan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 24 jam.
l.      Perawatan Gabung
Pasien dapat dirawat gabung degan bayi dan memberikan ASI dalam posisi tidur atau duduk.
m.  Memulangkan Pasien
1)   2 hari pasca seksio sesarea berencana tanpa komplikasi.
2)   Perawatan 3 – 4 hari cukup untuk pasien. Berikan instruksi mengenai perawatan luka (mengganti kassa) dan keterangan tertulis mengenai teknik pembedahan.
3)   Pasien diminta datang untuk kontrol setelah 7 hari pasien pulang
4)   Pasien perlu segera datang bila terdapat perdarahan, demam, dan nyeri perut berlebihan.
6.    Nasehat Pasca Operasi
Nasehat yang diberikan pada pasien post seksio sesarea menurut Sofian(2012 : 87) sebagai berikut :
a.    Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun, dengan memakai kontrasepsi.
b.    Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik.
c.    Dianjurkan untuk bersalin di Rumah Sakit yang besar.
d.   Apakah persalinan berikutnya harus ditolong seksio sesarea bergantung dari indikasi seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya.
e.    Hampir semua institusi di indonesia tidak dianut diktu “once a cesarean always a cesarean”.
f.     Yang dianut adalah “once a cesarean not always a cesarean” kecuali panggul sempit atau disproporsi sefalo pelvik.
B.       Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
1.    Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah kebidananyang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien (Soepardan, 2008 :  96).
2.    Langkah – langkah Manajemen Kebidanan
            Langkah-langkah manajemen kebidanan merupakan suatu proses penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis di dalam mengantisipasi masalah.
Ada tujuh langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney yang akan dijelaskan menurut Mangkuji (2013 : 5) sebagai berikut :
a)    Langkah I: pengumpulan data dasar
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan anatar lain:
1)   Keluhan klien
2)   Riwayat kesehatan klien
3)   Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
4)   Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
5)   Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.
b)   Langkah II: interpretasi data dasar
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemukan dari hasil pengkajian.

c)    Langkah III: identifikasi diagnosis/masalah potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis/masalah tersebut benar-benar terjadi.
d)   Langkah IV: identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi.
e)    Langkah V: perencanaan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasrakan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien. Setiap asuhan yang direncanakan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan pasien.
f)    Langkah VI: pelaksanaan
Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5 secara aman dan efesien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi ini, bidan harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.
g)   Langkah VII: evaluasi
Pada langkah terakhir ini, yang dilakukanoleh bidan adalah:
1)        Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-benar terlaksana/terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
2)        Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif . 
C.      Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
1.         Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat (Soepardan, 2008 : 5).
2.         Bentuk Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan mencakup asuhan ibu hamil, asuhan kebidanan pada ibu bersalin, asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, dan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
a.    Asuhan kebidanan pada ibu hamil
Asuhan antenatal efektif, diberikan oleh petugas kesehatan yang trampil dan berkesinambungan. Tujuan asuhan dari antenatal ini adalah untuk mempersiapkan ibu hamil menghadapi persalinan dan kesiapan menghadapi persalinan dan kesiapan menghadapi menghadapi komplikasi (Muslihatun, 2009 : 132).
b.    Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
Dasar dari asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi bari lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan, hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir (Rukiyah, 2009 : 8).
c.    Asuhan kebidanan pada ibu nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Rukiyah, 2010 : 3).
d.   Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
Asuhan bayi baru lahir normal umumnya mencakup pengkajian tanda-tanda vital (suhu aksila, frekuensi pernafasan, denyut nadi apikal setiap 4 jam, pemeriksaan fisik setiap 8 jam, pemberian air susu ibu (ASI) on demand, mengganti popok serta menimbang berat badan setiap 24 jam. Selain asuhan pada periode transisional dan pascatransisional, asuhan bayi baru lahir juga diberikan pada bayi berusia 2-6 hari, serta bayi berusia 6 minggu pertama (Muslihatun, 2010 : 6).
3.      Prinsip Dasar Asuhan Kebidanan
Prinsip dasar asuhan kebidanan menurut Purwandari (2008 : 39) adalah :
1)   Memahami bahwa kelahiran anak merupakan proses alamiah dan fisiologis.
2)   Menggunakan cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa    adanya indikasi sebelum berpaling ke teknologi.
3)   Aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu.
4)   Terpusat pada ibu bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan/lembaga sayang ibu.
5)   Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
6)   Membantu ibu merasa aman, nyaman, dan didukung secara emosional.
7)   Memastikan bahwa kaum ibu mendapat informasi, penjelasan, dan konseling yang cukup.
8)   Mendorong ibu dan keluarga agar aktif dalam membuat keputusan setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka dapatkan.
9)   Membantu kesejahteraan fisik, psiokologis, spiritual, dan emosional ibu/keluarganya selama masa kelahiran anak.
10)    Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
4.      Langkah - langkah asuhan kebidanan
Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Muslihatun (2009 : 115) sebagai berikut :
a.    Pengumpulan data dasar
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan sebelumnya, data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.
b.    Interpretasi data dasar
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan klien. Masalah atau diagnosis spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar.
c.    Identifikasi diagnosis atau masalah potensial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.
d.   Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penangganan segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah di tegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan.
e.    Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Tahap ini dilakukan rencana asuhan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumya, yang merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
f.     Pelaksanaan perencanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah klien ataupun diagnosis yang di tegakkan. pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri.
g.    Evaluasi
Sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komperhensif dan berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. 
D.      Konsep Dasar Pendokumentasian
Konsep dasar pendokumentasian menurut Muslihatun (2009 : 122) sebagai berikut :
Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A adalah analysis/assesment, dan P adalah planing. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
1.         Data subjektif (S)
Data subjektif (S), merupakan data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data diagnosis ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
Pada pasien yang bisu, di bagian data di belakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau “X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
2.         Data objektif (O)
        Data objektif (O) merupakan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboraturium/pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
3.         Assasment (A)
Analis/assasment (A), merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis/assesment mencakup hal-hal berikut ini : diagnosa/masalah kebidanan, diagnosa/masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/maslah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentif menurut kewenangan bidan, meliputi : tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
4.         Planing
Planing/perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.
Dalam metode SOAP, (P) ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Pendokumentasian (P) dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien.  Sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini bila kondisi pasien berubah analisis juga berubah maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan.
Dalam planing ini juga harus mencantumkan evalusion/evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan faktor ketepatan nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternative sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP.
E.       Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Seksio Sesarea
Metode pendokumentasian SOAP pada ibu post seksio sesarea sebagai berikut :
S     :    a.  Mengatasi rasa nyeri (Prawirohardjo,2010 : 442)
                   b.  Nyeri / ketidaknyamanan (Mitayani, 2011 : 113)
O    :
a.    Kesadaran penderita: Composmentis (Manuaba, 2012 : 284).
b.    Tanda-tanda vital (suhu tidak boleh melebihi 380C, pernapasan normal 18-24x/menit) (Manuaba, 2012 : 285).
c.    Perdarahan/lokhia yang normal lokhia rubra yaitu darah yang berwarna merah segar (Prawirohardjo, 2010 : 444).
d.   Laboratorium yang harus diperiksa adalah Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht), leukosit (WBC), kulture urine, golongan darah, elektrolit(Jitowiyono, 2012 : 76).
A    :   Diagosa Aktual                 :Ibu nifas dengan Post Seksio Sesarea
       Diagnosa Potensial   :Infeksi luka (Prawirohardjo, 2010)
Tindakan Segera              :    Tindakan yang di lakukan untuk 
Mencegah infeksi yaitu pembalutan luka/perawatan luka yang benar, luka harus dijaga agar tetap kering dan tidak basah, pemberian antibiotika dan kolaborasi dengan dokter (Prawirohardjo, 2010 : 445).
P     : Observasi kesadaran penderita (Manuaba, 2012 :  284).
1)   Observasi tanda-tanda vital pada 15 menit jam pertama dan 30 menit pada jam selanjutnya (Prawirohardjo, 2010 : l 444).
2)   Observasi kontraksi uterus dan perdarahan (Prawirohardjo, 2010 : 444).
3)   Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini setelah 8-12 jam pasca operasi (Prawirohardjo, 2010 : 444).
4)   Observasi insisi terhadap infeksi (Jitowiyono, 2011 : 50).
5)   Observasi pengeluaran urine (Prawirohardjo, 2010 : 445).
6)   Pemberian terapi obat dan cairan yaitu obat meperidin 50 hingga 75 mg diberikan secara intramuskular setiap 3 jam seperlunya untuk mengatasi ketidaknyamanan. Sebagai alternatif dapat diberikan morfin sulfat 10-15 mg dengan cara yang aman dan cairan 3 liter harus terbukti adekuat selama 24 jam (Cuningham, 2013 : 586).
a.         Pelaksanaan
Melaksanakan asuhan langsung secara efisien dan aman sesuai dengan keadaan pasien dalam rangka mengatasi masalah. Tahap pelaksanaan sesuai dengan prosedur ibu post seksio sesarea (Kurniawati, 2008 : hal 76).
b.        Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komperhensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Sudarti, 2011 : 37).



                               BAB III
KERANGKA KONSEP
A.      Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah Suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya, atau cara antara variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti.
Asuhan kebidanan pada ibu post seksio sesarea dengan menggunakan manajemen 7 langkah varney yaitu dengan pengumpulan data dasar/pengkajian yang di peroleh dari pasien atau keluarga pasien, interpretasi data dasar, masalah potensial yang akan timbul pada ibu post seksio sesarea, tindakan segera untuk mengatasi masalah atau komplikasi yang bisa timbul, perencanaan asuhan kebidan pada ibu post seksio sesarea, pelaksanaan dari semua perencanaan asuhan yang akan diberikan, melakukan evaluasi dari hasil asuhan yang telah diberikan dan mencatat semua tindakan atau asuhan yang telah diberikan atau didokumentasikan menggunakan pendokumentasian SOAP. Jika tidak dilakukan penanganan atau asuhan yang benar maka akan terjadi komplikasi seperti infeksi puerperalis, perdarahan, emboli paru, rupture uteri spontan.



Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan kerangka konsep penelitian di gambarkan melalui skema dibawah ini.



 










Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
                                                                           







BAB IV
METODE PENELITIAN
A.      Jenis Dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dimana sasaran pengumpulannya di tujukan pada perilaku khusus, karena sifatnya senantiasa ditujukan pada perilaku individu, masyarakat, lingkungan, administrasi dan lain sebagainya.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus dengan mengeksplorasi secara mendalam dan spesifik tentang kejadian tertentu, dengan mengangkat suatu kasus untuk diteliti sebagai gambaran asuhan kebidanan pada ibu post seksio sesarea.
B.       Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 23 juni 2014 s/d 05 juli 2014 di Ruang Kasuari Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.
C.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini dilakukan pada ibu M, ibu yang mengalami post seksio sesarea di Ruangan Kasuari RSU Anutapura Palu.
D.      Teknik Pengumpulan Data
Penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah cara untuk memperoleh bahan dan data lainnya penulis menggunakan beberapa metode yang lazim digunakan yaitu dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode pendekatan menejemen kebidanan, untuk membantu pemecahan masalah klien melalui proses 7 langkah varney pada hari pertama dan selanjutnya pendokumentasian menggunakan metode SOAP dan melakukan pengamatan secara langsung pada klien di Ruangan Kasuari RSU Anutapura Palu. Dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
1.         Data Primer
Data primer adalah jenis data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti pada sumber aslinya. Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung dari responden dengan cara : interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan pemeriksaan fisik.
a.         Interview (wawancara)
Melakukan wawancara dengan pasien secara langsung untuk mendapakan data subjektif yang akurat sesuai dengan apa yang ibu katakan atau ibu keluhkan.
Dari hasil wawancara diperoleh data subjektif atau keluhan yang dirasakan oleh ibu M dengan ibu merasa nyeri luka bekas operasi, nyeri pada bagian perut, ibu merasa haus dan masih dipuasakan.
b.        Observasi (pengamatan)
         Pengamat benar-benar mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada sasaran pengamatan (observasi). Dalam kata lain, pengamat ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas dalam kontak sosial yang tengah diselidiki
Dari hasil observasi yang telah dilakukan pada Ny. M selama 3 hari didapatkan hasil observasi perdarahan normal yaitu lochea rubra pada insisi luka operasi tidak didapatkan masalah atau tidak terjadi infeksi.
c.         Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada Ny. M yaitu dengan memeriksa keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, pemeriksaan kebidanan dan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan teori tau tidak.
Hasil pemeriksaan fisik atau data objektif yaitu keadaan umum sedang, kesadaran : composmenthis, TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 80x/i, R: 22x/i, S: 36,5oC, kontraksi uterus baik, perdarahan lokhia rubra, pemeriksaan laboratorium WBC: 106/mm3, HBG 11.8, golongan darah A.
2.         Data Sekunder
Data sekunder adalah data survei yang belum diperas dan analisa lanjutan dapat menghasilkan sesuatu yang amat berguna. Juga dapat berupa studi perbandingan dari studi-studi yang telah dilakukan. Didapatkan dari RSU Anutapura Palu yang berupa status pasien.
E.  Pengolahan Data
Telahdikumpulkan melalui alat pengumpulan data lalu diolah dan dianalisa secara deskriftif kualitatif, yaitu menilai objek penelitian berdasarkan analisis kualitatif tanpa menggunakan angka-angka secara kuantitatif dengan menggunakan 7 langkah varney yaitu pengkajian, interpretasi data dasar, masalah potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan metode pendokumentasian menggunakan SOAP dan dibuat dalam bentuk narasi atau laporan.
F.       Penyajian Data
Setelah dianalisis selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi atau penjelasan berdasarkan hasil analisa kualitatif  tentang aspek-aspek yang terkait dengan kasus ibu post seksio sesarea yang diteliti.
















BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Pengkajian Kasus
Pada bab ini penulis akan membahas kasus yang diperoleh dari Rumah sakit umum Anutapura Palu pada Ny. M, No. Reg. 374829 pengkajian ini dilakukan pada tanggal 23-06-2014 dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam Asuhan Kebidanan, dengan hasil sebagai berikut :
1.    Pengkajian
a.    Identitas (biodata)
1)   Ibu
Nama                      : Ny. M
Umur                      : 27 tahun
Agama                    : Islam
Suku/bangsa           : Jawa/Indonesia
Pendidikan             : SMA
Pekerjaan                : IRT
Alamat                    : Jl. Rambutan
2)   Suami
Nama                      : Tn. M
Umur                      : 30 tahun
Agama                    : Islam
Suku/bangsa           : Bugis/Indonesia
Pendidikan             : SMP
Pekerjaan                : Swasta
Alamat                    : Jl. Rambutan
b.    Data subyektif
1)   Keluhan utama : ibu mengeluh nyeri pada luka bekas operasi dengan post SC 3 tahun yang lalu
2)   Riwayat keluhan utama : klien masuk rumah sakit pada tanggal 23-06-2014 dengan keluhan sakit perut tembus belakang dan ada pelepasan lendir dan darah. Hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, pernafasan 22 kali/menit, suhu 36,5oC, keadaan janin baik,  BJF 130 kali/menit sebelum operasi.
3)   Riwayat menstruasi :
a)    Menarche               : 13 tahun
b)   Siklus haid             : 28-30 hari
c)    Lamanya                : 7 hari
d)   Konsistensi            : cair
e)    Banyaknya             : 2-3 kali ganti pembalut sehari
f)    Warna darah          : merah
g)   Dismenorhoe          : tidak
h)   HPHT                    : ?-09-2013
i)     TP                          : ?-06-2014
4)   Riwayat perkawinan : perkawinan pertama, lama perkawinan ± 5 tahun, umur saat menikah 23 tahun.
5)   Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Tabel 1.1 riwayat obstetri
No
Tgl lahir
JK
Jenis persalinan
BBL
Penolong
ket
1.
2010 Abortus





2.
3 tahun
LK
SC
3200
dokter

3.
Hamil sekarang






6)   Riwayat ber KB : pernah ber KB, jenis KB Suntik 1 bulan
7)   Riwayat penyakit dalam keluarga : tidak ada
8)   Riwayat kembar : tidak ada riwayat keturunan kembar dari pihak bapak maupun ibu.
9)   Riwayat operasi : ibu sudah pernah dioperasi pada anak ke-2 karena indikasi panggul sempit.
10)     Riwayat psikososial : ibu dan keluarga merasa senang dengan kelahiran anaknya.
11)     Persalinan sekarang :
a)   Anak lahir tanggal              : 23-06-2014
b)   Jenis kelamin                       : laki-laki
c)   DJJ sebelum operasi            : 130x/menit
d)  Berat badan lahir                : 3.200 gram
e)   Panjang badan                    : 51 cm
f)    Jenis persalinan                   : Operasi Seksio Sesarea
g)   Dengan indikasi                  : Panggul Sempit
h)   Plasenta                               : lahir lengkap perabdominal
i)     Perineum                             : utuh
j)     Anastesi                              : anastesia lumbal
k)   Infus cairan yang terpasang: cairan RL drips oxytosin 1 ampul 16 tetes/menit
l)     Transfusi darah                   : tidak dilakukan
12)     Post partum
a)   Pola eliminasi
1)   Eliminasi BAK
Sebelum Operasi           : Sebelum dikaji terpasang kateter dengan jumlah urine ± 50 cc.
Sesudah operasi            : pada saat dikaji terpasang kateter dengan jumlah urine ± 200 cc.
2)   Eliminasi BAB               : pada saat dikaji ibu mengatakan bahwa setelah operasi ibu belum BAB.
b)   Kebutuhan istirahat dan tidur
1)   Kebiasaan           : ibu mengatakan biasanya tidur siang ± 1-2 jam sehari, dan tidur malam ± 8-9 jam.
2)   Keadaan sekarang : ibu mengatakan sejak masuk rumah sakit sampai dengan selesai operasi ibu bisa tidur walaupun sering terbangun dan kurang nyenyak.
c)   Personal hygiene
1)   Kebiasaan           : ibu mengatakan biasanya mandi dan sikat gigi 2 kali dalam sehari, sedangkan mencuci rambut sebanyak  2-3 kali seminggu.
2)   Keadaan sekarang : saat dikaji ibu megatakan belum bisa mandi, sikat gigi, dan cuci rambut.
c.    Data obyektif
Pemeriksaan fisik                                        Tanggal 23-juni-2014
1)   Pemeriksaan umum
a)        Keadaan umum             : lemah
b)        Kesadaran                     : composmentis
c)        Tanda-tanda vital          :
(1) TD                            : 120/80 mmHg
(2) Nadi                         : 80 kali/menit
(3) Suhu                         : 36,5°C
(4) Pernafasan                : 22 kali/menit
d)       Pemeriksaan sistematis
(1)  Muka              : terlihat sedikit pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
(2)  Mata               : mata simetris kanan-kiri, konjungtiva tidak anemis     kanan-kiri, sclera tidak ikterus kanan-kiri.         
Hidung                   : tidak ada polip maupun sekret
(3)  Mulut             : mucosa bibir tampak kering dan tidak pucat, lidah bersih, gigi utuh dan tidak ada gigi palsu.
(4)  Telinga           : telinga kanan kiri simetris, bersih dan tidak ada sekret.
(5)  Leher              : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
(6)  Dada              : payudara simetris kanan kiri, puting susu menonjol, tidak ada benjolan serta nyeri tekan, pengeluaran kolostrum tidak ada.
(7)  Abdomen       : tampak ada luka bekas operasi sepanjang ± 10 cm tertutup verban, dengan jenis insisi/sayatan klasik (memanjang), tidak ada rembesan darah dari luka operasi, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, tidak kembung.
(8)  Ekstremitas atas dan bawah : kaki kanan kiri tidak odema, tidak ada varises, infus terpasang pada tangan kiri.
(9)  Vagina   : perineum utuh, pengeluaran darah lokhia
e)        Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium sebelum dilakukan operasi :
Pada tanggal 23-06-2014
WBC            : 10.6
HBG           : 11.8
Gol.Darah   : A
f)         pemberian obat-obatan sesuai instruksi dokter
(1)      infus RL 16 tetes/menit drips oxytosin 3 Ampul per 6 jam
(2)      Injeksi Cefotaxime 1 gr/ 24jam/iv
(3)      Injeksi ranitidine 1 ampul/ 8 jam
(4)      Injeksi ketorolac 1 ampul/10 jam/iv
(5)      Metronidazole 10 jam/iv
(6)      Transamin 10 jam/iv
(7)      Pronalges supposutoria/ 8 jam
d.   Klasifikasi Data
Kesimpulan
Ny.M, umur 27 tahun PII AI, post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit hari petama selesai operasi pada tanggal 23-06-2014 dengan jenis insisi memanjang (klasik) ± 10 cm di perut, anastesi lumbal, tiba diruangan RR kasuari bawah 14:00 wita. Keluhan pasca operasi, ibu mengatakan baru selesai melahirkan dengan cara operasi, ibu mengatakan rasa nyeri pada luka operasi, nyeri pada bagian perut, ibu merasa haus, ibu juga mengatakan masih dipuasakan.
KU lemah, kesadaran composmentis, TD : 110/70 mmHg, nadi : 78 kali/menit, suhu : 36,00C, pernafasan : 22 kali/menit. Ekspresi wajah ibu meringis, kontraksi uterus baik, tidak ada perdarahan, TFU 2 jari dibawah pusat, nampak luka operasi tertutup verban di abdomen dengan jenis sayatan memanjang (klasik), konjungtifa tidak anemis, lachea rubra, terpasang infus dengan cairan RL drips oxytosin 1 ampul drips oxytosin kolf I 16 tetes/menit, juga terpasang kateter sebelum operasi dengan jumlah urine ± 50 cc dan sesudah operasi jumlah urine ± 200 cc.
PENDOKUMENTASIAN SOAP
Tanggal 23-06-2014                                     Pukul : 16.00 wita
     I.     Data subyektif
a)    Ibu mengatakan baru selesai malahirkan dengan cara operasi
b)   Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi
c)    Ibu mengatakan nyeri pada bagian perut.
d)   Ibu mengatakan merasa haus.
e)    Ibu mengatakan dirinya masih dipuasakan
  II.     Data obyektif
a)    KU lemah
b)   Kesadaran composmentis
c)    TTV, TD : 100/70 mmHg, N : 78 kali/menit, S : 36,00C, R : 22 kali/menit
d)   Nampak luka bekas operasi tetutup verban di abdomen, jenis insisi memanjang (klasik).
e)    Konjungtifa tidak anemis
f)    Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat.
g)   Tidak ada perdarahan, lochia rubra.
h)   Terpasag infus cairan RL drips oxytosin 1 ampul kolf I 16 tetes/menit.
i)     Terpasang kateter dengan jumlah urine sebelum operasi ± 50 cc, dan sesudah operasi ± 200 cc.
j)     Ekspresi wajah meringis
k)   Mukosa bibir sedikit pucat
l)     Bibir nampak kering 
III.     Assesment
1.    Diagnosa aktual
a)    Ny. D, umur 27 tahun, PIIAIpost SC dengan indikasi panggul sempit.
b)   Nyeri luka operasi
2.    Masalah aktual
Ganguan rasa nyaman
3.    Diagosa potensial
Potensial terjadi infeksi luka operasi
IV.     Planning of action
1.    Pukul 14.00 wita
Memindahkan pasien keruang perawatan.
Evaluasi : Terpasang infus RL drips oxytosin 1 ampul kolf II 16 tetes per menit dan terpasang kateter.
2.    Pukul 16.00 wita
Melakukan anamnese pada ibu
Evaluasi : wawancara secara langsung pada ibu.
3.    Pukul 16.30 wita
Membersihkan dan mengganti pakaian ibu.
Evaluasi : Membersihkan dan menganti pakaian Ny.M Agar ibu dapat merasa nyaman.
4.    Pukul 16.40 wita
Mengobservasi perdarahan pada ibu.
Evaluasi : mengetahui perdarahan dalam keadaan normal atau tidak. Perdarahan sedikit ( 1/3 pembalut ), lochia rubra.
5.    Pukul 16.50 wita
Mengobservasi intake dan output pada pasien
Evaluasi : Terpasang cairan RL drips oxytosin 1 Ampul 16 tetes/menit, takar urine ± 210cc.
6.    Pukul 17.00 wita
Mengobservasi involusio setiap hari. Untuk mengetahui keadaan yang patologi dan untuk mengetahui apakah proses involusio dalam keadaan normal atau tidak.
Evaluasi : TFU 2 jari dibawah pusat uterus berkontraksi dengan baik.
7.    Pukul 17.20 wita
Menjelaskan pada ibu bahwa puasa harus dilakukan sampai dengan 6 jam.Agar peristaltic usus kembali normal sehingga meringankan kerja usus.
Evaluasi : Ibu memahami dengan apa yang dijelaskan dan ibu sudah bisa sedikit minum namun belum bisa makan.
8.    Pukul 17.30 wita
Menjelaskan pentingnya mobilisasi dini pada ibu, agar sering untuk mengerakan anggota tubuh Untuk meningkatkan sirkulasi aliran darah yang lancar sehingga mempercepat proses penyembuhan luka operasi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat menggerakkan anggota tubuhnya.
9.    Pukul 17.35 wita
Mengubah posisi pasien setiap 2 jam gar posisi tetap kooperatif.
Evaluasi : Ibu memahami dan mau untuk miring kiri dan kanan.
10.     Pukul 17.45 wita
Menjelaskan timbulnya rasa nyeri agar pasien memahami penyebab rasa nyeri.
Evaluasi : Ibu sudah  mengerti dengan penyebab rasa nyeri yang dirasakan.
11.     Pukul 18.00 wita
Menggunakan tekhnik antiseptic sebelum dan sesudah tindakan.
Evaluasi : memutus rantai penyebaran mikroorganisme dan membantu proses penyembuhan.
12.     Pukul 20.00 wita
      Memberi terapi antibiotic sesuai dokter untuk membantu proses penyembuhan.
Evaluasi : Telah di berikan injeksi ranitidine 1 ampul secara IV melalui infus, dan pronalges secara suppusutoria sesuai intruksi dokter.
13.     Pukul 21.00 wita
      Mengobservasi tanda-tanda infeksi setiap hari untuk menilai terjadinya infeksi.
Evaluasi : Tidak terjadi infeksi pada luka operasi.
14.     Pukul 21.10 wita
Memberi terapi antibiotic sesuai instruksi dokter untuk membantu proses penyembuhan.
Evaluasi : Telah dibrikan injeksi ketorolac 1 ampul secara IV melalui infus dan melalui IV serta memberi metronidazole.
15.     Pukul 21.15 wita
Memberikan obat pronalges supposutoria pada ibu sesuai instruksi dokter.
Evaluasi : Telah diberikan pronalges supposutoria pada ibu agar ibu flatus.
16.     Pukul 23.00 Wita
      Pemberian injeksi Ketorolac 1 ampul 10 jam/iv dan Metronidazole 10 jam/iv.
Evaluasi : Telah diberikan injeksi ketorolac 1 ampul 10 jam/iv dan metronidazole 10 jam/iv sudah diberikan.
17.     Pukul 00.00 wita
Pemberian terapi injeksi Cefotaxime 1 gr/24 jam/iv sesuai instruksi dokter.
Evaluasi : Telah diberikan injeksi cefotaxime 1 gr/24 jam/iv sudah diberikan.
18.     Pukul 00.05 wita
       Menganjurkan pada ibu untuk istrahat.
Evaluasi : ibu sudah istrahat




CATATAN PERKEMBANGAN
A.    Catatan perkembangan hari II
Tanggal 24-juni-2014,                                                            Pukul 08.20 wita
S : Data subyektif
      Ibu mengeluh sakit dan nyeri pada luka bekas operasi, nyeri bila ditekan, ibu mengatakan ketidakmampuannya beraktifitas saat ini, ibu mengatakan sudah kentut tadi pagi namun belum buang air besar.
O : data objektif
              Panjang luka operasi kurang lebih 10 cm, tertutup verban dengan baik tidak ada rembesan darah, konjungtifa tidak anemi, sklera tidak ikterus, wajah ibu masih tampak meringis bila bergerak, terpasang infus RL drips oxytosin 1 Ampul 16 tetes/menit, terpasang kateter urine  ± 250 cc. Kesadaran : composmenthis, kontraksi uterus baik, pengeluaran lochea rubra.
A : asessment
      Ny. M umur 27 tahun PIIAI, post seksio sesareadengan indikasi panggul sempit hari ke II, potensial terjadi infeksi luka operasi.
P : planning of action
1)      Pukul 08.30 wita
Mengobservasi perdarahan pervaginam, dan pengeluaran lochea, dengan mengobservasi untuk mengetahui keadaan patologi.
Evaluasi : Softex basah dengan sebagian dengan darah, lochea rubra.
2)      Pukul 08.45 wita
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, agar dapat merilekskan otot-otot dan rasa nyeri.
Evaluasi : Ibu sudah bisa menggerakkan tubuhnya sedikit demi sedikit dan bisa miring kiri-kanan.
3)      Pukul 09.05 wita
Mengenjurkan ibu posisi setiap 1-2 jam, dengan mengubah posisi dapat membantu merilekskan otot-otot.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan.
4)      Pukul 90.20 wita
Mengobservasi keadaan luka operasi untuk mendeteksi sedini mungkin kemungkinan buruk yang dapat terjadi.
Evaluasi : Nampak Luka operasi tertutup verban dengan baik.
5)      Pukul 10.00 wita
Menjelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri, dimana nyeri diakibatkan oleh terputusnya saraf-saraf akibat luka operasi.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan tentang rasa nyeri yang dia rasakan.
6)      Pukul 10.20 wita
Membantu ibu untuk mobilisasi dini.
Evaluasi : Ibu sudah bisa miring kanan dan kiri serta berjalan sedikit-sedikit.
7)      Pukul 11.10 wita
Mengobservasi intake dan output.
Evaluasi : Terpasang infus cairan RL drips oxytosin 1 ampul kolf III 16 tetes/menit dan takar urine ± 350 cc.
8)      Pukul 12.00 wita
Memberikan HE tentang personal hygiene, untuk mencegah terjadinya infeksi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan memahami apa yang dijelaskan.
9)      Pukul 12.00 wita
Memberikan injeksi cefotaxime dan drips metronidazole
Evaluasi : Ibu sudah diberikan injeksi cefotaxime dan drips metronodazole melalui cairan infus per iv.
10)  Pukul 13.40 wita
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan duduk atau turun dari tempat tidur untuk berjalan secara perlahan, dengan mobilisasi dini akan memeperlancar peredaran darah dan merilekskan otot-otot. Evaluasi : Ibu bisa berjalan secara perlahan-lahan.
11)  Pukul 14.00 wita
Menganjurkan pada ibu untuk makan secara bertahap mulai dari makan bubur sampai pada makan, untuk memeperingan kerja usus.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan dan ibu sudah makan bubur.
12)  Pukul 14.30 wita
Menganjurkan pada ibu untuk memeberikan ASI esklusif pada bayinya untuk mempercepat involusio uterus dan sistem immun pada bayi.
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan mau memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
13)  Pukul 15.00 wita
Membantu ibu membersihkan diri dan memakai pakaiannya.
Evaluasi : Ibu sudah dalam keadaan rapi dan bersih.
14)  Pukul 15.30 wita
Mengobservasi intake dan output, untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh.
Evaluasi : Terpasang cairan infus RL 16 tetes/menit. .
15)  Pukul 17.30 wita
Memberikan obat ceftriaxone I ampul secara IV melalui infus sesuai intruksi dokter.
Evaluasi : Telah diberikan injeksi ceftriaxone I ampul secara IV melalui cairan infus.
16)  Pukul 18.20 wita
Memberikan obat pronalges supposutoria sesuai intruksi dokter.
Evaluasi : Ibu sudah diberikan obat pronalges supposutoria.
17)   Pukul 18.30 wita
Menganti cairan RL 20 tetes/menit
Evaluasi : Cairan infus RL sudah terpasang dengan baik 20 tetes/menit.
18)  Pukul 20.00 wita
Menyuruh ibu untuk istrahat.
Evaluasi : Ibu sudah mulai istrahat.
19)  Pukul 05.00 wita
Mengobservasi tanda-tanda vital ibu.
Evaluasi : Mengobservasi KU dan TTV ibu. KU : baik, TTV TD : 120/70 mmHg, N : 88 kali/menit, R : 22 kali/menit, S : 37oC.
20)  Pukul 06.15 wita
Mengobservasi intake dan output untuk mengetahui keseimbangan cairan yang keluar dan masuk. Urine takar ± 250 cc.
B.     Catatan perkembangan hari ke III
Tanggal 25-juni-2014                                                 Pukul 08.00
S : data subyektif
Ibu mengeluh sakit dan rasa nyeri pada luka bekas operasi sudah berkurang, ibu sudah buang air besar, ibusudah bisa berjalan pelan-pelan,sudah dapat makan nasi sedikit demi sedikit.
O : data obyektif
Panjang luka operasi kurang lebih 10 cm, tertutup verban dengan baik dan tidak ada rembesan darah, konjungtifa tidak anemis, sklera tidak ikterus, wajah ibu masih meringis bila bergerak, terpasang kateter dan infus cairan RL 20 tetes/menit. KU : baik, kesadaran : composmenthis, kontraksi uterus baik, perdarahan pervagina biasa softex basah sebagian, pengeluaran lochea rubra.
A : asessment
Ny. M umur 27 tahun PIIAI, post seksio sesareadengan indikasi panggul sempit hari ke III , potensial terjadi infeksi luka operasi.
P : planning of action
1)   Pukul 08.00 wita
Aplosan dengan dinas malam.
2)   Pukul 08.30 wita
Memberi injeksi cefotaxime 1 gr/12 jam.
Evaluasi : sudah diberikan injeksi cefotaxime 1 gr/12 jam secara iv.
3)   Pukul 09.20 wita
Melakukan aff infus karena flebitis.
Evaluasi : Aff infus dikarenan tangan ibu bengkak/flebitis sesuai intruksi dokter.
4)   Pukul 10.00 wita
Melakukan ganti verban pada luka operasi.
Evaluasi : Sudah di lakukan ganti verban dan luka operasi masih basah
5)   Pukul 10.30 wita
Melakukan vulva hygiene agar ibu merasa nyaman.
Evaluasi : Ibu mengerti dan sudah merasa nyaman setelah dibersihkan.
6)   Pukul 12.10 wita
 Mengobservasi KU dan TTV ibu. KU : baik, TTV TD : 90/60 mmHg, N : 88x/i, R : 22x/i, S : 37oC.
7)   Pukul 12.20 wita
Melakukan takar urine
Evaluasi : Telah melakukan takar urine sebanyak  ± 500 cc. 
8)   Pukul 13.10 wita
Mengobservasi keadaan luka operasi untuk mendeteksi sedini mungkin kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Evaluasi : Luka operasi masih sedikit basah.
9)   Pukul 15.00 wita
Melakukan aff kateter agar ibu dapat BAB dan BAK sendiri.
Evaluasi : kateter sudah di aff karena ibu telah bisa BAK dan BAB sendiri.
10)    Pukul 15.10 wita
Mengenjurkan ibu untuk banyak minum dan makan-makanan dengan gizi seimbang, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu secara adekuat.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan, ibu minum kurang lebih 6 gelas sehari, sudah makan nasi dan buah. 
11)         Pukul 17.15 wita
Menganjurkan pada ibu agar setiap hari memberihkan dirinya agar ibu merasa nyaman.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan.
12)    Pukul 19.00 wita
Menganjurkan pada ibu sebelum menyusui bayinya harus dibersihkan terlebih dahulu agar tidak terjadi infeki.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
13)    Pukul 20.00 wita
Menganjurkan ibu untuk istrahat.
Evaluasi : Ibu sudah istrahat dengan bayinya di letakan disamping.
14)    Pukul 07.30 wita
Aplosan dengan dinas pagi.
C.     Catatan perkembangan hari ke IV
Tanggal 26-juni-2014                                                 Pukul 08.00
S : data subyektif
Ibu mengatakan rasa sakit dan nyeri pada luka bekas operasi sudah berkurang, sudah bisa berjalan pelan-pelan, BAB dan BAK dikamar mandi sendiri, sudah dapat makan nasi, ASI sudah ada keluar, dan sudah bisa mandi sendiri.
O : data objektif
Panjang luka operasi kurang lebih 10 cm tertutup verban dengan baik dan tidak ada rembesan darah, konjungtifa tidak anemis, sklera tidak ikterus. KU : baik, kesadaran : composmenthis, TTV TD : 120/80 mmHg, N : 84 kali/menit, R : 24 kali/menit, S : 36oC, kontraksi baik, pengeluaran lochea sanguinolenta, nampak luka operasi masih basah.
A : asessment
Ny. M umur 27 tahun PIIAI, post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit hari ke IV, potensial terjadi infeksi luka operasi.
P : planning of action
1)   Pukul 08.30 wita
Memandikan bayi ibu.
Evaluasi : Bayi ibu sudah dimandikan dan menyuruh ibu untuk segera menyusuinya.
2)   Pukul 08.50 wita
Menganjurkan ibu untuk membersihkan dirinya dan mengobservasi perdarahan.
Evaluasi : Ibu sudah bisa mandi dan Perdarahan sedikit (1/2 pembalut), lochia sanguinolenta, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik.
3)   Pukul 09.40 wita
Memberikan (HE) healt education pada ibu tentang perawatan luka operasi dan juga HE gizi pada ibu nifas, dengan diberi HE ibu mengerti perawatan luka yang benar dan gizi yang cukup akan mempercepat proses penyembuhan luka operasi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan memahami apa yang disarankan.
4)   Pukul 09.50 wita
Memberikan healt education (HE) pada ibu tentang KB.
Evaluasi : Dengan diberi HE ibu sudah mengerti manfaat dan kegunaan KB.
5)   Pukul 10.00 wita
Memberikan obat oral cefadroxil 500 mg 2x1, methylergometrine 3x1, Asam mefenamat 3x1, dan moloco 2x1 sesuai intruksi dokter.
Evaluasi : Obat sudah diberikan pada ibu
6)   Pukul 10.20 wita
Pasien minta pulang. Lapor dokter Mardiyah, SpOG. Intstruksi dokter pasien dibolehkan pulang dan dianjurkan untuk kontrol kembali 3 hari berikutnya atau kontrol dipuskesmas terdekat. Dengan memeriksakan diri da mengontrol luka operasi secara rutin maka dapat diketahui sedini mungkin apabila ada kelainan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan berjanji akan kontrol.
7)   Pukul 10.30 wita
Mengganti verban ibu dan melihat perdarahan pada luka operasi.
Evaluasi : ada perembesan darah dan luka masih basah.
8)   Pukul 10.40 wita
Menganjurkan ibu untuk memebawa bayinya keposyandu dan mengontrol berat badannya dan immunisasi. Dengan menimbang bayi secara rutin maka dapat diketahui berat badannya naik atau turun, dan vaksin immunisasi dapat memberikan kekebalan bayi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan berjanji akan rutin membwa anaknya ke posyandu.
9)   Pukul 11.00 wita
Ibu pulang paksa.
B.    PEMBAHASAN
Penulis akan membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara kasus yang ditemukan dengan teori. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. M, ibu dengan post sc atas indikasi panggul sempit yang dirawat di RSU Anutapura Palu yang dilaksanakan mulai tanggal 23 juni 2014 sampai dengan 05 Juni 2014.
Agar mempermudah dan memperjelas pembahasan, maka penulis menggunakan pendekatan asuhan kebidanan yaitu dengan membahas data subjektif, data objektif, asessment, planning of action, dan catatan perkembangan.
Dalam melakukan asuhan kebidanan tidak ditemukan hambatan-hambatan karena ibu maupun keluarga sangat terbuka dalam memberikan informasi dan data-data yang dibutuhkan sehingga mempermudah proses penerapan asuhan kebidanan.
1.    Data subjektif
Asumsi peneliti dari data subjektif  yang ditemukan pada Ny. M dengan post seksio sesarea yaitu ibu mengatakan baru selesai melahirkan dengan cara operasi, ibu mengatakan nyeri pada bagian perut, ibu mengatakan merasa haus, ibu mengatakan dirinya masih dipuasakan. Berdasarkan teori menurut Prawirahardjo (2010) bahwa  indikasi panggul sempit harus dilakukan seksio sesarea dan menurut Mitayani (2011) ibu merasa tidak nyaman dengan bekas luka operasi.
Dengan demikian telah ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang teliti yaitu ibu merasa haus dan masih dipuasakan dikarenakan
pasien tersebut sebelumnya memiliki riwayat operasi seksio sesarea sehingga nyeri yang dirasakan ibu karena adanya bekas luka operasi. Ibu juga mengatakan merasa haus serta masih dipuasakan karena pasien post operasi belum bisa makan dan minum sebelum bisa buang angin karena menunggu gerakan peristaltic usus kembali normal sehingga meringankan kerja usus.
2.    Data objektif
Asumsi peneliti dari data objektif yang ditemukan Pada kasus post seksio sesarea Pada Ny M yang ditemukan yaitu : KU : baik, tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Suhu : 36,5°C, Pernafasan : 22 kali/menit dan kesadaran composmenthis, nampak luka bekas operasi tertutup verban di abdomen, jenis insisi klasik (memanjang), konjungtifa tidak anemis, sklera tidak ikterus,kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, terdapar lochea rubra, terpasang infus dengan cairan RL drips oxytosin 1 ampul 16 tetes/menit, terpasang kateter urine sebelum operasi ±50 cc dan sesudah operasi ±200 cc, pemeriksaan laboratorium HBG : 11.8, WBC : 11.6, Gol.darah A.
Berdasarkan teori menurut Manuaba (2012) kesadaran penderita : Composmentis, Tanda-tanda vital (suhu tidak boleh melebihi 380C, Pernapasan normal 18-24 kali/menit). Menurut Prawirahardjo (2010) perdarahan / lochea yang normal lochea rubra yaitu darah yang berwarna merah segar. Menurut Jotowiyono (2012) laboratorium yang harus diperiksa adalah hemoglobin/hematokrit, leukosit (WBC), kulture urine, golongan darah, dan elektrolit.
Dengan demikian ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus Ny M, Pada masalah ini pemeriksaan kulture urine dan elektrolit sangat penting karena pemeriksaan kulture urin untuk memeriksa dan mengetahui apakah dia terkena penyakit infeksi saluran kemih atau tidak. Serta  untuk pemeriksaan elektrolit juga penting karena untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh.
3.    Asessment
a.    Analisa masalah/diagnosa aktual
Asumsi peneliti pada diagnosa aktual pada Ny M yaitu : Post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit. Menurut Prawirahardjo (2010) yaitu ibu nifas dengan post seksio sesarea. Asumsi peneliti diagnosa potensial pada Ny M yaitu tidak ditemukan infeksi luka karena ibu selalu bergerak aktif, selalu membersihkan bekas luka operasi, makan makanan yang bergizi serta personal hygiene ibu bersih. Menurut Prawirahardjo (2010) yaitu terjadi infeksi luka.
Dengan demikian tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus Ny M.
4.    Plan of action atau pelaksanaan
Asumsi peneliti yang ditemukan pada Ny M yaitu observasi Ku dan tanda-tanda vital, kontraksi : baik, perdarahan : sedikit, obervasi luka operasi, observasi urine. Menurut Prawirahardjo (2010) yaitu observasi tanda-tanda vital pada 15 menit jam pertama dan 30 menit pada jam selanjutnya, Observasi kontraksi uterus dan perdarahan, Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini setelah 8-12 jam pasca operasi, observasi insisi terhadap infeksi, Observasi pengeluaran urine.
Dengan demikian tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus Ny M.
5.    Pendokumentasian
Pada pendokumentasian kasus Ny.M tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena catatan perkembangan sudah dilaksanakan berdasarkan tori yang ada yaitu pendokumentasian dalam bentuk SOAP.











BAB VI
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setelah menguraikan teori dan kasus pada Ny. M dengan post seksio sesarea dengan indikai panggul sempit yang dirawat di ruangan kasuarai bawah RSU Anutapura Palu, maka pada bab ini peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.
Pada saat pengkajian kasus terdapat kesenjangan pada data subjektif ibu mengatakan mulutnya haus, ibu mengatakan dirinya masih dipuasakan sementara pada teori tidak ada.Dengan demikian telah ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang teliti yaitu ibu mengatakan merasa haus serta masih dipuasakan karena pasien post operasi belum bisa makan dan minum sebelum bisa buang angin karena menunggu gerakan peristaltic usus kembali normal sehingga meringankan kerja usus.
Pada data objektif ditemukan kesenjangan dengan teori yaitu dimana dalam pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan pemeriksaan kulture urinedan alektrolit .Pada masalah ini pemeriksaan kulture urine dan elektrolit sangat penting karena pemeriksaan kulture urin untuk memeriksa dan mengetahui apakah dia terkena penyakit infeksi saluran kemih atau tidak. Serta  untuk pemeriksaan elektrolit juga penting karena untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh.
Penegakkandiagnosaatau asessment yaitu Ny. M umur 27 tahun PIIAI post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit. Potensial terjadi infeksi luka operasi dan apabila perlu kolaborasi dengan dokter.
Pada perencanaan dan pelaksanaan dibuat untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang ditemukan. Penyembuhan dan pemulihan dapat dicapai dengan pengobatan yang tepat dan perawatan dan perawatan yang menyeluruh.
B.     Saran
1.    Bagi RSU Anutapura Palu khususnya bidan dan para staff kepegawaian diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Seperti peralatan yang kurang memadai dan penatalaksanaan yang belum sesuai dengan langkah-langkah pada tinjauan teori yang didapatkan.
2.    Bagi institusi Akbid Graha Ananda agar dapat menjadi literatur tentang asuhan kebidanan seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit.
3.    Untuk peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan kasus post seksio sesarea apabila telah berada dilahan praktik.
4.    Bagi peneliti lainnya agar dalam melakukan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu post seksio sesarea lebih intensif dan pendampingan langsung pada ibu post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit.






DAFTAR PUSTAKA

Baston H, Hall J, 2008, Postnatal, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Buraerah, 2013, Analisis Deskriptif Data Riset Kesehatan, Masagena Press, Makasar

Chapman V, Cathy C, 2013, Persalinan dan Kelahiran Asuhan Kebidanan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Cunningham G.F, 2013, Obstetri Willianms, Buku Kedokteran EGC, Jakarta
.
Cunnningham. G. F, Gant. F. N, 2011, Dasar - Dasar Ginekologi Dan Obstetri, EGC, Jakarta.

Dinas kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah, 2012, Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah

, 2013, Profil Kesehatan Profinsi Sulawesi Tengah

Dinas Kesehatan Kota Palu, 2012, Profil Kesehatan Kota Palu

                                           , 2013, Profil Kesehatan Kota Palu

Liu. T.Y.D, 2008, Manual Persalinan, ECG, Jakarta.

Mangkuji B, Ginting I, Suswati, Lubis R, Wildan, 2013, Asuhan Kebidanan  7 Langkah SOAP, EGC, Jakarta

Manuaba G.B.I, 2012, Teknik Operasi Obstetri Dan Keluarga Berencana, CV. Trans Info Media, Jakarta.

Mitayani, 2011, Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Madika, Jakarta

Muslihatun N. W, 2009,Dokumentasi Kebidanan, Fitramaya ,Yogyakarta

Muslihatun, N.W, 2010, Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita, Fitramaya, Yogyakarta

Notoatmodjo S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta

Oxorn H, Forte R. W,  R.2010,Ilmu Kebidanan, Patologi & Fisiologi Persalinan, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta

Prawihardjo S, 2009, Ilmu kebidanan, PT Yayasan Bina Pustaka, Jakarta


 
Rukiyah Y. A, Lia Y, 2010, Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan), CV. Trans info Media, Jakarta

Rukiyah, Y.A, Lia Y, Meida L, 2009, Asuhan Kebidanan I (Kehamilan), CV. Trans info Media, Jakarta

Rukiyah, Y.A, Lia Y, Maemunah, Lilik S, 2009, Asuhan Kebidanan II (Persalinan), CV. Trans info Media, Jakarta

                                                                               , 2010, Asuhan Kebidanan III (Nifas), CV. Trans Info Media, Jakarta

Soepardan, S. 2008, Konsep Kebidanan, EGC, Jakarta

Sudarti, Fauziah A, 2011, Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan, Nuhamedika, Yokyakarta.

























 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar